.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

Cerpen Rome

                                             oleh : Ayu sekar larasati            Namaku Reina Danirmala.Biasa dipanggil ...



cerpen rome
                                             oleh :Ayu sekar larasati
           Namaku Reina Danirmala.Biasa dipanggil Reina.Aku asli Bandung,Ayahku seorang Arsitek dan Mama seorang Designer.Sekarang aku tinggal di Roma,Italia untuk meneruskan S2 di University of Neples.Disana aku meneruskan cita-citaku sebagai seorang arsitek.University of Neples merupakan universitas negeri pertama pada zaman itu.Didirikan oleh Kaisar Frederick II pada tahun 1224.Aku punya dua orang sahabat di Roma.Namanya Tahta dan Sapta.Dari Saptalah sekarang aku bisa mempunyai sahabat yang sangat mencintai sastra seperti Tahta.Pertemuanku dengan Sapta berawal dari Museum Pasta di Roma.Dari sanalah kami berkenalan dan akhirnya kami mengadakan janji untuk bertemu di Taman Nympha.Aku memang sudah lama tinggal di Roma.Jadi,untuk menuju ke tempat-tempat wisata dan mengajak dua sahabatku untuk mencoba makanan baru di Roma tidak menjadi kendala bagiku.Kami punya sebutan untuk persahabatn kami yaitu Amdis.Amdis,dalam Bahasa yunani berarti abadi.Dengan julukan Amdis,kami berharap persahabatan kami terus abadi tanpa adanya rasa cinta di antara kita.Akses jalan menuju Taman Nympha tidaklah susah.Sesampainya di sana kuparkirkan sepedaku di atas tebing yang di bawahnya terdapat air yang sangat jernih dengan tumbuhan dan bunga-bunga yang indah.Aku juga tidak mengerti kenapa Sapta mengajakku untuk bertemu di taman ini.Sepengetahuanku,Taman Nympha adalah taman yang paling romantic di dunia.Semoga pertemuan ini hanya pertemuan biasa.

“REINA!!”seru seseorang sambil melambaikan tangan.

“Hei!tunggu sebentar!”seruku sambil menaiki sepeda.

“Biar aku aja yang ke sana!”

Akhirnya aku turun lagi dari sepeda dan duduk di atas tebing seperti tadi.

“Padahal aku mau ngajak kamu ke bagian taman yang di sana.”tunjuknya.

“Disini juga nggak kalah bagus.Tahta mana?”tanyaku.

“Hari ini dia ada tes mendadak.Jadi,waktu dia mau berangkat ke taman ini.Dosennya telepon kalau nanti ada tes sastra.Kenapa?”

“Nggak apa-apa sih.Cuma rasanya nggak lengkap aja.”

“Ke bawah yuk,disanaadataman bunga yang bagus.”

Aku berdiri dan berjalan bersama Sapta sambil menuntun sepedaku.Sesampainya di sana aku terperangah.Diam.

“Kenapa,Rei.Baru tahu kalau adataman ini?”

“Iya,dua tahun aku di sini.Aku sama sekali nggak tahu kalau di bawah adataman seindah ini.”

“Duduk yuk,capek.”

Sapta terlihat seperti memikirkan sesuatu,tubuhnya dia hempaskan di rumput hijau sambil menatap langit-langit yang bersih.Aku mengikutinya saja,sambil menikmati pagi yang sejuk.

“Kamu tahu nggak Rei.Kalau Taman Nympha adalah taman yang paling romantis di dunia?”

“Tahulah.”

“Selain terkenal karena tamannya yang romantis.Taman Nympha termasuk monument alam di Italia.Kalau pikiranku lagi penat,aku sering tiduran di sini.Soalnya Taman Nympha jauh dari kebisingan kota Roma.Jadi,aku merasa tenang dan tak ada tandingannya.”

“Gitu ya.Kamu nggak takut kalo ada binatang-binatang aneh kayak ulat misalnya.”

“Hahaha,nggaklah.Kebanyakan burung yang berkicau,ramai banget.Tapi enak didengar.”

Akhirnya kami berdua lebih memilih diam sambil menikmati ketenangan di taman ini.Betul-betul tenang.Kalau saja ada Tahta disini,pasti akan lengkap rasanya.Tiba-tiba Sapta terbangun,aku tidak menggubris.Keadaan di taman ini berhasil melenakanku.Sapta pergi entah kemana.Kemudian,dia kembali dengan membawa seplastik makanan dan minuman.

“Rei,makan dulu yuk.Lo pasti laper kan?”sambil mengguncangkan tubuhku.

“Apaan?nanti dulu ah.”

“Buruan,entar keburu dingin makanannya.”

“Emang kamu beli apa ?”

“Nih roti bakar sama kacang kenari panggang.Dijamin nagih deh.”

“Wow,jadi laper.Aku makan ya.”

“Silahkan.”

Kemudian handphone Sapta bunyi.Tapi dimatikan.

“Kok kamu matiin?”tanyaku curiga.

“Nggak penting.”

“Nggak penting gimana?”tanyaku penuh selidik dengan mulut terus mengunyah.

Sapta enggan menanggapi.Setelah kenyang dan puas menikmati Taman Nympha.Kami pulang sendiri-sendiri dengan suasana sedikit canggung.Sebelum berpisah,aku berpesan

“Sapta,kita itu sahabat.Dan kamu tahu aku,kamu,dan Tahta udah janji nggak akan nyembunyiin apapun.Jadi,please kejadian kayak tadi jangan diulangin ya?”bujukku

“Oke,hati-hati Rei.”

Ada apa sebetulnya dengan Sapta.Heran.Nggak kayak biasanya dia kayak gini.Daripda aku pusing sendiri,lebih baik bersihin badan terus tidur.Waktu mau masuk kamar,Queen keluar dari dapur

“Reina,tadi ada kiriman bunga.Tuh,aku kasihin di meja makan.”

“Bunga?dari siapa?“tanyaku.

“Siapa ya?aduh,aku lupa tanya namanya.”

“Kalau gitu ciri-cirinya gimana?”

“Eeeeem,setahuku Cuma badannya tinggi.Karena dia pake hoodie,jadinya nggak terlalu kelihatan wajahnya.”

“Hoodie?oke,terimakasih banyak Queen.”

“Sama-sama.”

Aku penasaran,siapa yang mengirim bunga ini.Sapta dan Tahta nggak ada yang mau jawab.Aku telepon nggak ada yang angkat.Aku WA juga nggak ada yang bales.Sebetulnya mereka itu kenapa sih.

*******

                Keesokkan paginya,sebelum aku masuk kuliah.Aku main ke apartemen Tahta.Aduh,dingin banget.Kurapatkan mantel merah marunku serapat mungkin,dengan membawa sandwich yang barusan aku beli di Panepiu Bistrot.Sesampainya di depan kamarnya,aku ragu untuk masuk.Tapi,nasi sudah menjadi bubur.Tok tok tok..

Tidak ada jawaban,daripada lama menunggu dan aku terlambat masuk kuliah.Lebih baik aku langsung masuk saja.Ternyata tidak dikunci,setelah aku masuk.Ternyata dia sedang melukis dengan earphone di telinga.Pantas saja,aku ketuk pintunya nggak ada jawaban.Kuamati lukisan itu dari belakang,rupanya Tahta merasa ada seseorang yang mengamati,

“Kamu Reina?”tanyanya.

“Bukan.”jawabku menahan tawa.

Kemudian dia meletakkan earphonennya dan menoleh.Tahta tersenyum.

“Kamu ngapain disini?bukannya kuliah?”

“Nanti.Masih lama,dua jam lagi.Siapa itu Ta?”tanyaku

“Ini?lukisan ini adalah wajah seorang wanita yang sedang menunggu pendamping hidupnya.Lihat di sudut ruangan itu.Ada dua orang lelaki,ceritanya wanita ini bingung mau pilih yang mana.”

Aku tidak bisa berkata apa-apa.Kenapa analoginya bisa mirip dengan yang aku rasakan?

“Rei?”

“Iya,Ta.Sorry,aku ngalamun.Aku kemarin dapet kiriman bunga dari seseorang.Kata teman apartemenku,Queen,si pengirim pake hoodie.

“Mungkin Sapta.”

“Nggak mungkinlah,kiriman itu datang waktu aku baru pulang dari Taman Nympha.”

“Taman Nympha?”dia menghentikan aktivitas melukisnya

“Iya,sama Sapta.Aku kira kamu ikut,ternyata kamu ada tes sastra mendadak.”

“Sama Sapta?siapa yang bilang kemarin aku ada tes sastra,Rei.Kamu tahu nggak,aku pengen banget kesana bareng kalian.”

“Aku juga nggak tahu,Ta.Sapta yang bilang.Sebetulnya kalian berdua kenapa sih,aku merasa ada yang ganjil.”

“Dua hari yang lalu,aku sama Sapta beradu argument Rei.Sampai sekarang kami belum maafan.”

“Ya ampun,jadi kemarin yang Sapta bilang itu bohong?”

Tahta menatapku diam.

“Kenapa harus sampai diem-dieman kayak gini sih.Kalian itu bukan anak kecil lagi tau.Aku kecewa sama kalian.Ingat nggak kita pernah janji,kalau ada masalah tentang apapun kita harus cerita?”

“Iya,Rei.Aku sama Sapta tahu,tapi ini masalah ….”

“Masalah apa?!bilang,cerita sama aku.Barangkali aku bisa bantu.”

Tiba-tiba suasana hening,”Aku nggak bisa cerita sekarang.”

“Ya udah,kalau kamu nggak mau cerita.Aku beliin kamu sandwich,dan sekarang akum au pergi kuliah dulu.”

“Rei?”panggil Tahta.

“Apa?”

Tahta berjalan ke arahku,semakin dekat dan dekat.Dia memelukku lama.Pelukan ini,sangat hangat.Pelukan seorang sahabat.

“Aku pergi dulu,Ta.”kulepaskan pelukannya dengan pelan.

“Iya,Rei.Hati-hati.”di memegang kedua pipiku.

Aku hanya bisa mengangguk.

Mata kuliahku hari ini menngenai Mekanika Teknik.Kalau tidak konsen sedikit saja bisa bingung sampai seterusnya.Karena,mata kuliahku yang satu ini sangat rumit.Kejadian tadi pagi,berhasil membuatku tidak bisa berkonsentrasi.Di dalam hati,aku menebak-nebak masalah yang sedang dihadapi dua orang sahabatku ini.Sapta dan Tahta.Sepulang dari kuliah,aku tidak langsung pulang.Aku sengaja mampir ke Pane Vino e San Daniele.Salah satu restoran di Roma.Di sana aku hanya ingin menenangkan jiwaku.Aku pesan satu ice cocoa float dan pergi menuju Taman Butchart (The Butchart gardens).Dengan berjalan kaki aku menikmati celah-celah kota Italia.Sesampainya di Taman Butchart,aku duduk di bangku panjang yang memang disediakan untuk para pengunjung yang datang.Meskipun,taman ini adalah taman keluarga.Yang datang tak jarang pasangan kekasih yang seumuran denganku.

Dalam keadaan seperti ini aku ingin mereka di sisiku,sebagai tempat curahan hati.Sayangnya,kami sedang dihadapkan dengan polemic masing-masing individu.Sambil menyeruput cocoa float,aku berbicara sendiri,

“Aku harus segera menyudahi masalah ini.Semua yang terjadi harus segera terselesikan.Aku akan ajak mereka ke Le Tartarughe Eat & Drink untuk menyelesaikan masalah.”



*******

Malamnya,aku mengirim Sapta sebuah email tentang rencana perdamaian ini.Sedangkan Paginya,aku menelepon Tahta supaya menemuiku di Le Tartarughe Eat & Drink.Setelah pesan kukirim,aku tak mau membuka handphone lagi.Kebetulan,hari ini hari libur nasional.Dengan baju khas anak muda,aku keluar kamar

“Reina,mau kemana?”tanya Queen.

“Aku mau pergi sebentar.Byeee.”

Aku langsung menuruni anak tangga dengan cepat.Pokoknya sebelum mereka datang,aku harus sudah sampai.Setelah sampai,aku pesan satu meja dengan tiga kursi.Tepat pukul delapan,Sapta datang.Janjinya,sebentar lagi Tahta datang.

“Sap,aku ke kamar mandi dulu ya?”

“Oke.”jawabnya datar.

Setelah aku keluar,ternyata sudah ada Tahta.

“Ngapain lo ke sini?gue udah pernah bilang kan,jangan pernah deketin Reina lagi.”

“Gue sama sekali nggak punya maksud kayak gitu,Sap.”

Sebelum keadaan semakin memburuk,aku langsung melerai mereka.

“Stop!Kalian sebetulnya punya masalah apa sih?!Sapta,maksud lo apa Tahta nggak boleh deketin aku lagi.Kalian itu sahabat aku yang paling aku sayang dan Amdis udah aku anggap kayak keluarga aku.”

“Kamu salah menilai Tahta,Rei.”

“Tenangin hati kalian dulu.Ingat,ini tempat umum.Duduk dulu,aku pesen minuman buat kita dulu.”

Untung minumannya nggak lama,jadi mereka bisa langsung minum.

“Udah agak tenangan?”

“Sekarang aku mau jujur,Rei.”kalai ini Tahta angkat bicara.

“Oke.”

“Aku sayang sama kamu lebih dari sahabat.Kamu harus segera milih siapa yang lebih pantas menjadi pendamping kamu.Aku atau Sapta.”

Aku kaget.Mereka sama sekali nggak mau menatap mataku.

“Kalian udah lupa sama janji Amdis?”

“Sekalipun sahabat,siapa sih Rei yang mau memendam perasaan cinta.”kali ini Sapta yang berbicara.

“Aku nggak bisa mutusin sekarang.”

“Siapapun yang aku pilih kalian harus terima.Permisi.”

Dengan langkah penuh kekecewaan,aku menangis sejadi-jadinya.

“Kenapa sih harus kayak gini?”aku terisak.Aku mengayuh sepeda sekencang-kencangnya,dari jauh aku masih mendengar suara Sapta dan Tahta beradu mulut.Waktu semakin larut,entah kenapa sepedaku berhenti di sebuah bangunan besar.Basilica di San Clemente al Laterano.Kuparkirkan sepedaku di sana,dengan langkah yang lemah penuh kesedihan dan kekecewaan.Air mataku mengalir deras sampai pundakku berguncang.

“Reina,”suara itu,aku mengenalinya.Jauh sebelum aku terbang ke Roma.

“Kamu?”

“Iya,ini aku.Reza,kamu lupa?”

Aku menggelengkan kepala.

“Kamu ngapain di sini?kenapa nangis?”

“Aku kecewa.”

Dia memelukku erat,seperti menahan rasa rindu yang amat sangat.

“Aku sayang banget,Rei sama kamu.Kamu kemana aja selama ini?Aku cari kemana-mana nggak ketemu.Kabar terakhir dari mama kamu.Kamu melanjutkan S2 di University of Neples.Jauh amat.Aku bela-belain belajar supaya dapet beasiswa dan nyusul kamu.”

“Maafin aku,aku lupa nggak kasih kabar ke kamu.”isakku.

“Aku masih cinta sama kamu,Rei.Kamu mau menikah sama aku.”

Reza adalah orang yang tepat.Dialah pilihan terbaikku.Aku tersenyum,mengangguk.

Reza Lintang Jaya,dia teman masa kecilku di Indonesia.Waktu akum au terbang ke Roma,kita masih bertengkar masalah jarak.Dari situ aku tahu kalau selama ini dia cinta sama aku.Dan,Reza adalah orang yang mengirimkan bunga ke apartemen waktu itu.



*******

                Setahun setelah kelulusanku,aku pulang ke Indonesia dengan IPK 3.97.Aku bersyukur sekali,punya dua sahabat yang pengertian,dan calon suami yang baik.Di resepsi pernikahanku aku  bersanding dengan Reza dengan cincin perak berhiaskan berlian di sekitarnya.

“AMDIS!!!Ayo foto bareng!!!”seruku.

Kini AMDIS tetaplah sahabatku,abadi dan tak akan terputus kecuali maut yang memisahkan kita.

No comments