oleh : Ayu sekar larasati Namaku Reina Danirmala.Biasa dipanggil ...
oleh :Ayu sekar larasati
Namaku Reina Danirmala.Biasa dipanggil Reina.Aku asli Bandung,Ayahku seorang Arsitek dan Mama seorang Designer.Sekarang aku tinggal di Roma,Italia untuk meneruskan S2 di University of Neples.Disana aku meneruskan cita-citaku sebagai seorang arsitek.University of Neples merupakan universitas negeri pertama pada zaman itu.Didirikan oleh Kaisar Frederick II pada tahun 1224.Aku punya dua orang sahabat di Roma.Namanya Tahta dan Sapta.Dari Saptalah sekarang aku bisa mempunyai sahabat yang sangat mencintai sastra seperti Tahta.Pertemuanku dengan Sapta berawal dari Museum Pasta di Roma.Dari sanalah kami berkenalan dan akhirnya kami mengadakan janji untuk bertemu di Taman Nympha.Aku memang sudah lama tinggal di Roma.Jadi,untuk menuju ke tempat-tempat wisata dan mengajak dua sahabatku untuk mencoba makanan baru di Roma tidak menjadi kendala bagiku.Kami punya sebutan untuk persahabatn kami yaitu Amdis.Amdis,dalam Bahasa yunani berarti abadi.Dengan julukan Amdis,kami berharap persahabatan kami terus abadi tanpa adanya rasa cinta di antara kita.Akses jalan menuju Taman Nympha tidaklah susah.Sesampainya di sana kuparkirkan sepedaku di atas tebing yang di bawahnya terdapat air yang sangat jernih dengan tumbuhan dan bunga-bunga yang indah.Aku juga tidak mengerti kenapa Sapta mengajakku untuk bertemu di taman ini.Sepengetahuanku,Taman Nympha adalah taman yang paling romantic di dunia.Semoga pertemuan ini hanya pertemuan biasa.
Namaku Reina Danirmala.Biasa dipanggil Reina.Aku asli Bandung,Ayahku seorang Arsitek dan Mama seorang Designer.Sekarang aku tinggal di Roma,Italia untuk meneruskan S2 di University of Neples.Disana aku meneruskan cita-citaku sebagai seorang arsitek.University of Neples merupakan universitas negeri pertama pada zaman itu.Didirikan oleh Kaisar Frederick II pada tahun 1224.Aku punya dua orang sahabat di Roma.Namanya Tahta dan Sapta.Dari Saptalah sekarang aku bisa mempunyai sahabat yang sangat mencintai sastra seperti Tahta.Pertemuanku dengan Sapta berawal dari Museum Pasta di Roma.Dari sanalah kami berkenalan dan akhirnya kami mengadakan janji untuk bertemu di Taman Nympha.Aku memang sudah lama tinggal di Roma.Jadi,untuk menuju ke tempat-tempat wisata dan mengajak dua sahabatku untuk mencoba makanan baru di Roma tidak menjadi kendala bagiku.Kami punya sebutan untuk persahabatn kami yaitu Amdis.Amdis,dalam Bahasa yunani berarti abadi.Dengan julukan Amdis,kami berharap persahabatan kami terus abadi tanpa adanya rasa cinta di antara kita.Akses jalan menuju Taman Nympha tidaklah susah.Sesampainya di sana kuparkirkan sepedaku di atas tebing yang di bawahnya terdapat air yang sangat jernih dengan tumbuhan dan bunga-bunga yang indah.Aku juga tidak mengerti kenapa Sapta mengajakku untuk bertemu di taman ini.Sepengetahuanku,Taman Nympha adalah taman yang paling romantic di dunia.Semoga pertemuan ini hanya pertemuan biasa.
“REINA!!”seru seseorang sambil
melambaikan tangan.
“Hei!tunggu sebentar!”seruku sambil
menaiki sepeda.
“Biar aku aja yang ke sana!”
Akhirnya aku turun lagi dari sepeda
dan duduk di atas tebing seperti tadi.
“Padahal aku mau ngajak kamu ke
bagian taman yang di sana.”tunjuknya.
“Disini juga nggak kalah
bagus.Tahta mana?”tanyaku.
“Hari ini dia ada tes
mendadak.Jadi,waktu dia mau berangkat ke taman ini.Dosennya telepon kalau nanti
ada tes sastra.Kenapa?”
“Nggak apa-apa sih.Cuma rasanya
nggak lengkap aja.”
“Ke bawah yuk,disanaadataman bunga
yang bagus.”
Aku berdiri dan berjalan bersama
Sapta sambil menuntun sepedaku.Sesampainya di sana aku terperangah.Diam.
“Kenapa,Rei.Baru tahu kalau adataman
ini?”
“Iya,dua tahun aku di sini.Aku sama
sekali nggak tahu kalau di bawah adataman seindah ini.”
“Duduk yuk,capek.”
Sapta terlihat seperti memikirkan
sesuatu,tubuhnya dia hempaskan di rumput hijau sambil menatap langit-langit
yang bersih.Aku mengikutinya saja,sambil menikmati pagi yang sejuk.
“Kamu tahu nggak Rei.Kalau Taman
Nympha adalah taman yang paling romantis di dunia?”
“Tahulah.”
“Selain terkenal karena tamannya
yang romantis.Taman Nympha termasuk monument alam di Italia.Kalau pikiranku
lagi penat,aku sering tiduran di sini.Soalnya Taman Nympha jauh dari kebisingan
kota Roma.Jadi,aku merasa tenang dan tak ada tandingannya.”
“Gitu ya.Kamu nggak takut kalo ada
binatang-binatang aneh kayak ulat misalnya.”
“Hahaha,nggaklah.Kebanyakan burung
yang berkicau,ramai banget.Tapi enak didengar.”
Akhirnya kami berdua lebih memilih
diam sambil menikmati ketenangan di taman ini.Betul-betul tenang.Kalau saja ada
Tahta disini,pasti akan lengkap rasanya.Tiba-tiba Sapta terbangun,aku tidak
menggubris.Keadaan di taman ini berhasil melenakanku.Sapta pergi entah
kemana.Kemudian,dia kembali dengan membawa seplastik makanan dan minuman.
“Rei,makan dulu yuk.Lo pasti laper
kan?”sambil mengguncangkan tubuhku.
“Apaan?nanti dulu ah.”
“Buruan,entar keburu dingin
makanannya.”
“Emang kamu beli apa ?”
“Nih roti bakar sama kacang kenari panggang.Dijamin
nagih deh.”
“Wow,jadi laper.Aku makan ya.”
“Silahkan.”
Kemudian handphone Sapta bunyi.Tapi
dimatikan.
“Kok kamu matiin?”tanyaku curiga.
“Nggak penting.”
“Nggak penting gimana?”tanyaku
penuh selidik dengan mulut terus mengunyah.
Sapta enggan menanggapi.Setelah
kenyang dan puas menikmati Taman Nympha.Kami pulang sendiri-sendiri dengan
suasana sedikit canggung.Sebelum berpisah,aku berpesan
“Sapta,kita itu sahabat.Dan kamu
tahu aku,kamu,dan Tahta udah janji nggak akan nyembunyiin apapun.Jadi,please
kejadian kayak tadi jangan diulangin ya?”bujukku
“Oke,hati-hati Rei.”
Ada apa sebetulnya dengan
Sapta.Heran.Nggak kayak biasanya dia kayak gini.Daripda aku pusing
sendiri,lebih baik bersihin badan terus tidur.Waktu mau masuk kamar,Queen
keluar dari dapur
“Reina,tadi ada kiriman
bunga.Tuh,aku kasihin di meja makan.”
“Bunga?dari siapa?“tanyaku.
“Siapa ya?aduh,aku lupa tanya
namanya.”
“Kalau gitu ciri-cirinya gimana?”
“Eeeeem,setahuku Cuma badannya
tinggi.Karena dia pake hoodie,jadinya nggak terlalu kelihatan wajahnya.”
“Hoodie?oke,terimakasih banyak
Queen.”
“Sama-sama.”
Aku penasaran,siapa yang mengirim
bunga ini.Sapta dan Tahta nggak ada yang mau jawab.Aku telepon nggak ada yang
angkat.Aku WA juga nggak ada yang bales.Sebetulnya mereka itu kenapa sih.
*******
Keesokkan
paginya,sebelum aku masuk kuliah.Aku main ke apartemen Tahta.Aduh,dingin
banget.Kurapatkan mantel merah marunku serapat mungkin,dengan membawa sandwich
yang barusan aku beli di Panepiu Bistrot.Sesampainya di depan kamarnya,aku ragu
untuk masuk.Tapi,nasi sudah menjadi bubur.Tok tok tok..
Tidak ada jawaban,daripada lama
menunggu dan aku terlambat masuk kuliah.Lebih baik aku langsung masuk
saja.Ternyata tidak dikunci,setelah aku masuk.Ternyata dia sedang melukis
dengan earphone di telinga.Pantas saja,aku ketuk pintunya nggak ada
jawaban.Kuamati lukisan itu dari belakang,rupanya Tahta merasa ada seseorang
yang mengamati,
“Kamu Reina?”tanyanya.
“Bukan.”jawabku menahan tawa.
Kemudian dia meletakkan
earphonennya dan menoleh.Tahta tersenyum.
“Kamu ngapain disini?bukannya
kuliah?”
“Nanti.Masih lama,dua jam
lagi.Siapa itu Ta?”tanyaku
“Ini?lukisan ini adalah wajah
seorang wanita yang sedang menunggu pendamping hidupnya.Lihat di sudut ruangan
itu.Ada dua orang lelaki,ceritanya wanita ini bingung mau pilih yang mana.”
Aku tidak bisa berkata
apa-apa.Kenapa analoginya bisa mirip dengan yang aku rasakan?
“Rei?”
“Iya,Ta.Sorry,aku ngalamun.Aku
kemarin dapet kiriman bunga dari seseorang.Kata teman apartemenku,Queen,si
pengirim pake hoodie.
“Mungkin Sapta.”
“Nggak mungkinlah,kiriman itu
datang waktu aku baru pulang dari Taman Nympha.”
“Taman Nympha?”dia menghentikan
aktivitas melukisnya
“Iya,sama Sapta.Aku kira kamu
ikut,ternyata kamu ada tes sastra mendadak.”
“Sama Sapta?siapa yang bilang
kemarin aku ada tes sastra,Rei.Kamu tahu nggak,aku pengen banget kesana bareng
kalian.”
“Aku juga nggak tahu,Ta.Sapta yang
bilang.Sebetulnya kalian berdua kenapa sih,aku merasa ada yang ganjil.”
“Dua hari yang lalu,aku sama Sapta
beradu argument Rei.Sampai sekarang kami belum maafan.”
“Ya ampun,jadi kemarin yang Sapta
bilang itu bohong?”
Tahta menatapku diam.
“Kenapa harus sampai diem-dieman
kayak gini sih.Kalian itu bukan anak kecil lagi tau.Aku kecewa sama
kalian.Ingat nggak kita pernah janji,kalau ada masalah tentang apapun kita
harus cerita?”
“Iya,Rei.Aku sama Sapta tahu,tapi
ini masalah ….”
“Masalah apa?!bilang,cerita sama
aku.Barangkali aku bisa bantu.”
Tiba-tiba suasana hening,”Aku nggak
bisa cerita sekarang.”
“Ya udah,kalau kamu nggak mau
cerita.Aku beliin kamu sandwich,dan sekarang akum au pergi kuliah dulu.”
“Rei?”panggil Tahta.
“Apa?”
Tahta berjalan ke arahku,semakin
dekat dan dekat.Dia memelukku lama.Pelukan ini,sangat hangat.Pelukan seorang
sahabat.
“Aku pergi dulu,Ta.”kulepaskan pelukannya
dengan pelan.
“Iya,Rei.Hati-hati.”di memegang
kedua pipiku.
Aku hanya bisa mengangguk.
Mata kuliahku hari
ini menngenai Mekanika Teknik.Kalau tidak konsen sedikit saja bisa bingung
sampai seterusnya.Karena,mata kuliahku yang satu ini sangat rumit.Kejadian tadi
pagi,berhasil membuatku tidak bisa berkonsentrasi.Di dalam hati,aku
menebak-nebak masalah yang sedang dihadapi dua orang sahabatku ini.Sapta dan
Tahta.Sepulang dari kuliah,aku tidak langsung pulang.Aku sengaja mampir ke Pane
Vino e San Daniele.Salah satu restoran di Roma.Di sana aku hanya ingin
menenangkan jiwaku.Aku pesan satu ice cocoa float dan pergi menuju Taman
Butchart (The Butchart gardens).Dengan berjalan kaki aku menikmati celah-celah
kota Italia.Sesampainya di Taman Butchart,aku duduk di bangku panjang yang
memang disediakan untuk para pengunjung yang datang.Meskipun,taman ini adalah
taman keluarga.Yang datang tak jarang pasangan kekasih yang seumuran denganku.
Dalam keadaan
seperti ini aku ingin mereka di sisiku,sebagai tempat curahan
hati.Sayangnya,kami sedang dihadapkan dengan polemic masing-masing individu.Sambil
menyeruput cocoa float,aku berbicara sendiri,
“Aku harus segera menyudahi masalah
ini.Semua yang terjadi harus segera terselesikan.Aku akan ajak mereka ke Le
Tartarughe Eat & Drink untuk menyelesaikan masalah.”
*******
Malamnya,aku
mengirim Sapta sebuah email tentang rencana perdamaian ini.Sedangkan
Paginya,aku menelepon Tahta supaya menemuiku di Le Tartarughe Eat &
Drink.Setelah pesan kukirim,aku tak mau membuka handphone lagi.Kebetulan,hari
ini hari libur nasional.Dengan baju khas anak muda,aku keluar kamar
“Reina,mau
kemana?”tanya Queen.
“Aku mau pergi
sebentar.Byeee.”
Aku langsung
menuruni anak tangga dengan cepat.Pokoknya sebelum mereka datang,aku harus
sudah sampai.Setelah sampai,aku pesan satu meja dengan tiga kursi.Tepat pukul
delapan,Sapta datang.Janjinya,sebentar lagi Tahta datang.
“Sap,aku ke kamar mandi dulu ya?”
“Oke.”jawabnya datar.
Setelah aku keluar,ternyata sudah
ada Tahta.
“Ngapain lo ke sini?gue udah pernah
bilang kan,jangan pernah deketin Reina lagi.”
“Gue sama sekali nggak punya maksud
kayak gitu,Sap.”
Sebelum keadaan semakin
memburuk,aku langsung melerai mereka.
“Stop!Kalian sebetulnya punya
masalah apa sih?!Sapta,maksud lo apa Tahta nggak boleh deketin aku lagi.Kalian
itu sahabat aku yang paling aku sayang dan Amdis udah aku anggap kayak keluarga
aku.”
“Kamu salah menilai Tahta,Rei.”
“Tenangin hati kalian
dulu.Ingat,ini tempat umum.Duduk dulu,aku pesen minuman buat kita dulu.”
Untung minumannya nggak lama,jadi
mereka bisa langsung minum.
“Udah agak tenangan?”
“Sekarang aku mau jujur,Rei.”kalai
ini Tahta angkat bicara.
“Oke.”
“Aku sayang sama kamu lebih dari
sahabat.Kamu harus segera milih siapa yang lebih pantas menjadi pendamping
kamu.Aku atau Sapta.”
Aku kaget.Mereka sama sekali nggak
mau menatap mataku.
“Kalian udah lupa sama janji
Amdis?”
“Sekalipun sahabat,siapa sih Rei
yang mau memendam perasaan cinta.”kali ini Sapta yang berbicara.
“Aku nggak bisa mutusin sekarang.”
“Siapapun yang aku pilih kalian
harus terima.Permisi.”
Dengan langkah penuh kekecewaan,aku
menangis sejadi-jadinya.
“Kenapa sih harus kayak gini?”aku
terisak.Aku mengayuh sepeda sekencang-kencangnya,dari jauh aku masih mendengar
suara Sapta dan Tahta beradu mulut.Waktu semakin larut,entah kenapa sepedaku
berhenti di sebuah bangunan besar.Basilica di San Clemente al
Laterano.Kuparkirkan sepedaku di sana,dengan langkah yang lemah penuh kesedihan
dan kekecewaan.Air mataku mengalir deras sampai pundakku berguncang.
“Reina,”suara itu,aku
mengenalinya.Jauh sebelum aku terbang ke Roma.
“Kamu?”
“Iya,ini aku.Reza,kamu lupa?”
Aku menggelengkan kepala.
“Kamu ngapain di sini?kenapa
nangis?”
“Aku kecewa.”
Dia memelukku erat,seperti menahan
rasa rindu yang amat sangat.
“Aku sayang banget,Rei sama
kamu.Kamu kemana aja selama ini?Aku cari kemana-mana nggak ketemu.Kabar
terakhir dari mama kamu.Kamu melanjutkan S2 di University of Neples.Jauh
amat.Aku bela-belain belajar supaya dapet beasiswa dan nyusul kamu.”
“Maafin aku,aku lupa nggak kasih
kabar ke kamu.”isakku.
“Aku masih cinta sama kamu,Rei.Kamu
mau menikah sama aku.”
Reza adalah orang yang tepat.Dialah
pilihan terbaikku.Aku tersenyum,mengangguk.
Reza Lintang Jaya,dia teman masa
kecilku di Indonesia.Waktu akum au terbang ke Roma,kita masih bertengkar
masalah jarak.Dari situ aku tahu kalau selama ini dia cinta sama aku.Dan,Reza
adalah orang yang mengirimkan bunga ke apartemen waktu itu.
*******
Setahun
setelah kelulusanku,aku pulang ke Indonesia dengan IPK 3.97.Aku bersyukur
sekali,punya dua sahabat yang pengertian,dan calon suami yang baik.Di resepsi
pernikahanku aku bersanding dengan Reza
dengan cincin perak berhiaskan berlian di sekitarnya.
“AMDIS!!!Ayo foto bareng!!!”seruku.
Kini AMDIS tetaplah sahabatku,abadi
dan tak akan terputus kecuali maut yang memisahkan kita.
No comments