Refleksi Tahun Baru 2016 Yundriana Tidak terasa, beberapa hari yang lalu kita telah melewati moment...
Refleksi Tahun Baru 2016
Yundriana
Tidak
terasa, beberapa hari yang lalu kita telah melewati moment pergantian tahun
dari 2015 ke 2016. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan tahun baru 2016 ini
diwarnai dengan kemeriahan pesta kembang api, suara mercon, dan berbagai kegiatan
semarak lainnya di berbagai Negara di seluruh penjuru dunia. Tidak hanya di luar negeri, kemeriahan yang
sama juga terjadi di Indonesia, terutama di Jakarta dan beberapa kota besar
lainnya.
Masyarakat
terlihat begitu antusias dalam menyambut moment pergantian tahun ini, baik
anak-anak, remaja atau kaum muda, maupun orang dewasa. Moment tahun baru seakan
menjadi hari besar Internasional yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat dunia. Tidak
sedikit orang yang sengaja mengambil cuti kerja selama beberapa hari guna
mencari waktu luang untuk persiapan liburan menyambut moment tahun baru.
Bahkan, ada yang rela menghamburkan sejumlah uang dan harta bendanya hanya
untuk berfoya-foya, demi menyemarakkan malam tahun baru.
Hal
itu memang terlihat wajar dan manusiawi, karena moment seperti ini hanya
terjadi setiap setahun sekali. Maka tidak heran jika banyak orang yang rela
menghabiskan uangnya hingga ratusan juta demi mendapat kepuasan batin di moment
tahun baru ini. Selain itu, moment pergantian tahun juga sering dijadikan
sebagai acuan bagi seseorang untuk membuka lembaran baru dengan harapan dan
semangat baru dalam melakukan hal-hal yang baru. Moment tahun baru bukan
sekedar pergantian angka saja, tapi memiliki makna tersendiri bagi setiap
orang.
Ada yang Beda
Di
tengah semaraknya pesta poranda perayaan tahun baru di berbagai kota, ada
beberapa kota di Indonesia yang merasakan hal yang berbeda. Salah satunya
adalah Banda Aceh. Tidak ada pesta kembang api, suara mercon, Car Free Night, atau bentuk perayaan
lainnya di malam tahun baru 2016 ini. Malam tahun baru di sini tak jauh berbeda
dengan malam-malam lainnya. Tidak ada kesan dan moment yang istimewa.
Hal
ini cukup beralasan, karena selain Aceh terkenal dengan Nanggroe Seuramoe Mekah yang sarat dengan qanun syariat
islam, wali kota Banda Aceh juga telah melarang keras perayaan tahun baru di
kota Banda Aceh.
Sejumlah
petugas keamanan, seperti: polisi, TNI, Satpol PP, WH, dan Petugas BPBD disiagakan
untuk melakukan patroli di sejumlah lokasi yang berpotensi menjadi titik kumpul
masyarakat untuk merayakan tahun baru, seperti di depan Mesjid Raya
Baiturrahman, Blangpadang, Simpang Lima, Simpang Surabaya, dan Ulee Lheue.
(Serambi/2/1).
Tidak
hanya mensiagakan sejumlah aparat, wali kota banda Aceh (Illiza Sa’aduddin
Djamal) ditemani wakil walikota (Zainal Arifin), kaporesta kombes Pol
(Zulkifli), kapolda Aceh Irjen Husen Hamdi, dandim Aceh Besar (Kolonel Inf
Riswanto ) dan sejumlah unsur lainnya juga ikut memantau kondisi tempat
berlangsungnya patroli. (Serambi/2/1).
Kebijakan
tersebut tentu menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat aceh
khususnya. Lumrahnya sebagai manusia, setiap orang memang memiliki pemikiran,
cara pandang, serta karakter yang berbeda. Ada yang memuji dengan alasan yang
wajar, ada jua yang tidak setuju karena memiliki argument yang berbeda, bahkan
ada yang sampai memaki dengan alasan yang tak jelas untuk mengekspresikan kekecewaannya
karena tidak bisa merayakan malam tahun baru. Umumnya itu dilakukan oleh kalangan remaja dan
anak muda. Meski semua bentuk ocehan
tersebut hanya berani dikeluarkan di status facebook, BBM, dan akun media
sosial lainnya.
Makna Tahun
Baru
Moment tahun baru sepertinya sudah
menjadi tradisi turun temurun di kalangan masyarakat dunia. Sehingga, tidak
heran jika perayaan tahun baru begitu dielu-elukan oleh masyarakat, terutama
remaja dan anak muda. Bahkan di Aceh sendiri yang terkenal dengan daerah yang
kental syariat islamnya, ketika perayaan moment tahun baru itu dilarang, gurat
kekecewaan mulai menggores ribuan hati.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa moment
pergantian tahun jangan diartikan sebagai malam perayaan besar. Banyak hal lain
yang bisa dilakukan untuk menyambut tahun baru. Tidak harus ada pesta kembang
api, bakar mercon, atau pesta lainnya. Selama ini banyak orang yang menganggap
kalau sudah tahun baru itu artinya akan ada perayaan besar. Itu merupakan
pemikiran yang keliru. Untuk menyambut tahun baru tidak mesti dengan pesta
poranda. Membaca al quran bersama keluarga, bersedekah untuk anak yatim, dan
membuat acara syukuran kecil-kecilan juga bisa dilakukan untuk menciptakan
moment tahun baru.
Hal
terpenting yang perlu diluruskan dalam memaknai
tahun baru adalah bagaimana kita bisa merenungkan semua kekurangan,
kesalahan, serta kegagalan di tahun sebelumnya agar tahun ini bisa menjadi
lebih baik. Di tahun baru ini, kita bisa mulai menyusun target dan
harapan-harapan baru untuk meraih masa depan, serta mempersiapkan diri untuk
menghadapi sejumlah tantangan yang akan terjadi di tahun ini. Itulah makna
tahun baru yang harus ditanamkan dalam diri masing-masing, bukan perayaan
dengan menghambur-hamburkan uang.
Maka
tak perlu bersedih atau berkecil hati ketika Anda tidak bisa merayakan moment
tahun baru dengan pesta poranda dan bersenang-senang hingga larut malam seperti
orang lain. Cobalah untuk mengambil hikmah dan membandingkan antara sisi
positif dan negatif dari perayaan tahun baru. Sesungguhnya ketika Anda bisa
berpikir secara dewasa dan bijaksana dalam memaknai moment pergantian tahun,
Anda jauh lebih beruntung dibandingkan mereka yang merayakan malam tahun baru
dengan hiburan-hiburan yang tidak jelas serta menghambur-hamburkan uang hanya
utuk mendapat kepuasan batin sesaat tanpa memikirkan kehidupan ke depan.
Penulis merupakan mahasiswi jurusan Agribisnis Universitas malikussaleh. Pegiat
di Komunitas Panteu Menulis Pasee,
Aceh Utara.
Note: Tulisan ini pernah dimuat di
Lintas Nasional
No comments