.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

Cerpen bangkit

penulis Anil Safrianza Namanya Dani Putra Nanda, Adek begitulah orangtuanya memanggilnya. Dia merupakan anak satu-satunya ...


bangkit
penulis Anil SafrianzaNamanya Dani Putra Nanda, Adek begitulah orangtuanya memanggilnya. Dia merupakan anak satu-satunya dari keluarga itu, semenjak kecil kedua orangtuanya telah mengajarkan benih-benih kebaikan agama Islam kepadanya.

Menginjak masa remaja, Dani mulai kekurangan kasih sayang dari orangtuanya, Dani selalu berkata di dalam hati, “Bongkahan emas berlian tak ada gunanya kalau melupakan anak sendiri.” dia sering iri kepada anak-anak lain, apalagi saat dia melihat anak-anak itu bisa bercanda dan berbahagia bersama keluarga mereka. Sejak kecil, Dani sangat terobsesi untuk menjadi seorang jurnalis, namun sekarang Dani merasa kesulitan dan sangat membutuhkan semangat, tetapi dia tak mendapatkannya sebagai seorang anak broken home, dan akhirnya membuatnya tinggal kelas. Sore harinya selepas melaksanakan salat Ashar, tiba-tiba seorang bapak-bapak menghampirinya di depan masjid.
“Kamu kenapa Nak?”
“Tidak, tidak ada apa-apa Pak?”
“Tapi Bapak lihat kamu sedang banyak pikiran apa yang kamu pikirkan?”
“Sebenarnya saya lagi sedih Pak saya tinggal kelas,”
“Kenapa kamu bisa tinggal kelas Bapak lihat kamu anak yang baik dan juga kelihatan pintar?”
“Saya merasa kesepian Pak saya selalu rindu akan kasih sayang orangtua saya,”
“Maaf ya Nak, kedua orangtuamu memangnya ke mana?”
“Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sehingga tak sempat memberikan waktu kepada saya,”
“Kamu jangan terus terus seperti ini, tidak boleh! Bapak tahu pasti sakit rasanya, kamu harus tahu bahwa Allah selalu mencintai dan mengasihimu, Allah selalu memperhatikanmu, selalu melihatmu, ia tidak pernah mengacuhkanmu. Sekarang kamu pulang dan besok kita ketemu lagi di sini ya.”

Dani berkata di dalam hati, “Mengapa Bapak itu memintanya untuk bertemu lagi.” tapi setidaknya beberapa ke perkataan Bapak tadi membuatnya lebih tenang. Keesokan harinya, setelah salat, Dani kembali ditemui oleh Bapak itu, tanpa basa-basi bapak itu lalu meminta Dani untuk duduk di sampingnya dan mendengarkannya. Bapak itu bercerita tentang seorang anak yatim piatu yang selalu dihina oleh orang-orang, hidupnya miskin, tetapi dia tidak pernah membalasnya, dia hanya sabar dan percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuknya, diikuti dengan kesungguhan dan tekadnya dia berhasil dan sukses menjadi seorang penulis. Setelah lama bercerita bapak bertanya kepada Dhani.
“Apa cita-citamu Nak?”
“Aku ingin menjadi jurnalis Pak yang bisa memberikan informasi kepada orang lain tapi saya tidak lagi ingin bersekolah,”
“Jadi kamu ingin jadi jurnalis, ya sudah besok kamu datang ke alamat ini. Datang saja!”
“Iya Pak.”
Esok harinya, Dani pun tiba di alamat itu, dilihatnya sebuah gedung bertingkat dua dengan lukisan indah mewarnai dindingnya. Dani perlahan masuk dan banyak sekali tempelan-tempelan puisi berbingkai indah di setiap sudutnya, Dani sangat kagum akan hal itu dan itu membuatnya jatuh pada lamunannya. “Hai Nak,” suara panggilan itu membangunkan Dani dari lamunannya.

“Kamu sudah dari tadi sampai di sini?”
“Be-belum Pak, saya baru saja sampai, saya sedang melihat-lihat tempat ini sangat indah,”
“Bisa aja kamu. Ya udah kamu bisa datang ke sini setiap hari, banyak orang yang akan membantumu di sini, jurnalis sangat erat dengan menulis, belajarlah di sini, Bapak mau bekerja dulu! Silahkan kamu berkeliling untuk melihat-lihat,”
“Iya Pak makasih.”

Dani kembali menelusuri sudut demi sudut bangunan itu, hingga langkahnya terhenti saat dia melihat sebuah lukisan yang terlukis di dinding itu adalah wajah bapak tadi dengan tulisan panjang di bawahnya. Setelah dibacanya semua tulisan itu, Dani tahu kalau anak yatim yang diceritakan bapak itu adalah dirinya sendiri. Dan Dani sangat kagum sekali terhadap sosok bapak itu. Mulai saat itu, Dani setiap harinya datang ke kantor itu untuk belajar, dengan motivasi yang didapatnya dari bapak itu dan nasihat, “Bahwa Tuhan masih ada yang selalu mencintai dan menyayanginya.”

Bapak itu terus membimbing Dani hingga akhirnya tulisan-tulisannya dibaca banyak orang dan menjadi penulis terkenal. Hingga suatu hari buku itu dibaca oleh kedua orangtuanya, mereka sangat sedih dan mereka sadar bahwa mereka sudah sangat acuh kepada Dani. Mereka pun meminta maaf kepada Dani dan setelah itu Dani memaafkan dan mereka hidup bahagia, seperti masa kecil yang selalu dirindukannya.

No comments