.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

CERPEN PELAYARAN HIDUP

                                                            "PELAYARAN HIDUP"                                               ...


                                                            "PELAYARAN HIDUP"
                                                                   Anil Safrianza

"Semenjak perahu telah dikayuhnya ke tengah lautan luas, meskipun kemudi patah-- ia tidak akan membalik haluan ke dermaga" begitu prinsip hidup yang didapatkan Nando melalui kata-kata Buya Hamka tersebut.

Hidup yang dilaluinya tidak seindah pelangi, akan tetapi ia yakin bahwa: Pelangi selalu hadir setelah hujan badai dan awan hitam berakhir.

====

Terik panas matahari membakar bumi siang ini, Nando terus melangkahkan kakinya ke sebuah pohon besar di tepi danau. Di sana ia biasa bercerita tentang kepedihan dan kegelapan hidup yang di jalaninya, akan tetapi menyerah tidak pernah menjadi pilihan untuknya.

Nando sudah terbiasa dengan tempat ini, baginya: Ini adalah rumah yang paling indah meski tanpa seorangpun. Sedangkan rumah yang dikatakan orang banyak sebagai tempat terhangat dengan keluarga yang dicintai, namun tidak begitu dengan Nando-- baginya: Kasih sayang Ayah dan Ibu tidak didapatkan-nya di rumah, dia selalu menahan tangis di danau ini akan tetapi air matanya terus mengalir berkata jujur tentang perasaan-nya.

Senja menyapa menjemput malam, Nando bergegas pulang sebelum jam tujuh. Di perjalanan pulang ia tidak sengaja menubruk seorang gadis.

-

"Maaf, seharusnya aku berhati-hati saat berjalan." Kata Nando.

-

"Tidak apa-apa, aku juga kurang berhati-hati." Jawabnya.

-

Di dunia memang tidak ada yang kebetulan, semua telah dirangkai indah oleh sang pencipta berupa garis yang saling terhubung satu dengan yang lainnya. "Mungkin saja pertemuan ini memiliki makna tersendiri." Gumamnya.

Nando kembali melangkahkan kaki kearah jalan pulang, setibanya di rumah selepas membersihkan tubuhnya sembari menikmati secangkir teh manis buatan bi Lilis di teras kamarnya yang berada di lantai atas. Fikiran-nya tidak karuan membawanya ke dalam lamunan dan bertanya dalam hati: "Siapa gadis itu? Ada apa dengan perasaanku ketika memandangnya?"

"Den ... Makan malam, Den." Sahut bi Lilis menyadarkan Nando dari lamunan-nya.

Nando melangkah menuju meja makan yang berada di tengah ruangan lantai dasar rumah, dimana di sana hanya ada dirinya sendiri tanpa kedua orang tua yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Hari ini Nando ke pohon itu, untuk kedua kalinya dia menjumpai gadis itu yang berada tetap di sebelahnya.

-

"Hey, kita bertemu lagi. Namamu siapa?" tanya Nando.

-

"Aku Via." Jawabnya singkat.

-

"Kamu bisa memanggilku Nando." Jelas Nando.

-

Suasana seketika hening membisu ketika mereka berjabat tangan dan pandangan mereka terbentur pada titik yang sama, aliran cinta mulai terasa dari dua anak manusia itu.

Berawal dari itu semua, kedekatan mereka berawal dan benar saja berkembang menjadi sebuah cinta yang menimbulkan kesan tersenduri di dalam hati yang sering mereka sirami dengan pertemuan di danau bersejarah bagi mereka itu.

Berlatar belakang seorang anak broken home tidak membuat Nando putus asa, meski seperti buah mangga muda yang di paksa matang dengan dibungkus karbit, "dewasa karbitan" sebutan orang ramai.

Banyak hal yang telah mengajarkan Nando mandiri dan lebih kuat dalam hiidup, ia tidak pernah panik dan tidak menyerah, dia terus melangkah dengan kepercayaan diri yang dimilikinya. Setiap orang punya hal berharga yang mereka perjuangkan dalam hidup, begitu juga dengan Nando yang memang tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan jiwanya dari kedua orang tuanya. Tetapi dia memiliki Via yang menggantikan peran mereka dengan cintanya. Cinta yang seperti sebuah sungai yang membasahi alang-alang lembut.

Memang benar: Tidak ada hujan tidak ada pelangi-- karena hidup penuh perjuangan dan jalan berliku memungkinkan akan memperoleh kebahagiaan yang lebih. Perjalanan yang menguras semua rasa yang dapat dirasakan oleh hati manusia sebelum menuju kematian yang sebenarnya berjarak sangat dekat.

Nando memegang erat tangan Via, tanda bahwa kebangkitan hidup telah didapatkan-nya. Dimana badai telah berlalu dalam hidupnya dan sekarang muncul sesosok sinar mentari yang dibawa Via dengan cintanya sebagai teman dalam pelayaran Nando.

No comments