"PELAYARAN HIDUP" ...
"PELAYARAN HIDUP"
Anil Safrianza
"Semenjak
perahu telah dikayuhnya ke tengah lautan luas, meskipun kemudi patah-- ia tidak
akan membalik haluan ke dermaga" begitu prinsip hidup yang didapatkan
Nando melalui kata-kata Buya Hamka tersebut.
Hidup yang
dilaluinya tidak seindah pelangi, akan tetapi ia yakin bahwa: Pelangi selalu
hadir setelah hujan badai dan awan hitam berakhir.
====
Terik panas
matahari membakar bumi siang ini, Nando terus melangkahkan kakinya ke sebuah
pohon besar di tepi danau. Di sana ia biasa bercerita tentang kepedihan dan
kegelapan hidup yang di jalaninya, akan tetapi menyerah tidak pernah menjadi
pilihan untuknya.
Nando sudah
terbiasa dengan tempat ini, baginya: Ini adalah rumah yang paling indah meski
tanpa seorangpun. Sedangkan rumah yang dikatakan orang banyak sebagai tempat
terhangat dengan keluarga yang dicintai, namun tidak begitu dengan Nando--
baginya: Kasih sayang Ayah dan Ibu tidak didapatkan-nya di rumah, dia selalu
menahan tangis di danau ini akan tetapi air matanya terus mengalir berkata
jujur tentang perasaan-nya.
Senja menyapa
menjemput malam, Nando bergegas pulang sebelum jam tujuh. Di perjalanan pulang
ia tidak sengaja menubruk seorang gadis.
-
"Maaf,
seharusnya aku berhati-hati saat berjalan." Kata Nando.
-
"Tidak
apa-apa, aku juga kurang berhati-hati." Jawabnya.
-
Di dunia memang
tidak ada yang kebetulan, semua telah dirangkai indah oleh sang pencipta berupa
garis yang saling terhubung satu dengan yang lainnya. "Mungkin saja
pertemuan ini memiliki makna tersendiri." Gumamnya.
Nando kembali
melangkahkan kaki kearah jalan pulang, setibanya di rumah selepas membersihkan
tubuhnya sembari menikmati secangkir teh manis buatan bi Lilis di teras
kamarnya yang berada di lantai atas. Fikiran-nya tidak karuan membawanya ke
dalam lamunan dan bertanya dalam hati: "Siapa gadis itu? Ada apa dengan
perasaanku ketika memandangnya?"
"Den ...
Makan malam, Den." Sahut bi Lilis menyadarkan Nando dari lamunan-nya.
Nando melangkah
menuju meja makan yang berada di tengah ruangan lantai dasar rumah, dimana di
sana hanya ada dirinya sendiri tanpa kedua orang tua yang sibuk dengan urusan
mereka masing-masing.
Hari ini Nando ke
pohon itu, untuk kedua kalinya dia menjumpai gadis itu yang berada tetap di
sebelahnya.
-
"Hey, kita
bertemu lagi. Namamu siapa?" tanya Nando.
-
"Aku
Via." Jawabnya singkat.
-
"Kamu bisa
memanggilku Nando." Jelas Nando.
-
Suasana seketika
hening membisu ketika mereka berjabat tangan dan pandangan mereka terbentur
pada titik yang sama, aliran cinta mulai terasa dari dua anak manusia itu.
Berawal dari itu
semua, kedekatan mereka berawal dan benar saja berkembang menjadi sebuah cinta
yang menimbulkan kesan tersenduri di dalam hati yang sering mereka sirami
dengan pertemuan di danau bersejarah bagi mereka itu.
Berlatar belakang
seorang anak broken home tidak membuat Nando putus asa, meski seperti buah
mangga muda yang di paksa matang dengan dibungkus karbit, "dewasa
karbitan" sebutan orang ramai.
Banyak hal yang
telah mengajarkan Nando mandiri dan lebih kuat dalam hiidup, ia tidak pernah
panik dan tidak menyerah, dia terus melangkah dengan kepercayaan diri yang
dimilikinya. Setiap orang punya hal berharga yang mereka perjuangkan dalam
hidup, begitu juga dengan Nando yang memang tidak mendapatkan apa yang
dibutuhkan jiwanya dari kedua orang tuanya. Tetapi dia memiliki Via yang
menggantikan peran mereka dengan cintanya. Cinta yang seperti sebuah sungai
yang membasahi alang-alang lembut.
Memang benar:
Tidak ada hujan tidak ada pelangi-- karena hidup penuh perjuangan dan jalan
berliku memungkinkan akan memperoleh kebahagiaan yang lebih. Perjalanan yang
menguras semua rasa yang dapat dirasakan oleh hati manusia sebelum menuju
kematian yang sebenarnya berjarak sangat dekat.
Nando memegang
erat tangan Via, tanda bahwa kebangkitan hidup telah didapatkan-nya. Dimana
badai telah berlalu dalam hidupnya dan sekarang muncul sesosok sinar mentari
yang dibawa Via dengan cintanya sebagai teman dalam pelayaran Nando.
No comments