Bulan Ramadhan sementara waktu lagi akan tiba, tinggal menghitung beberapa hari lagi semua umat Muslim pada dunia akan segera bertemu menggu...
Bulan Ramadhan sementara waktu lagi akan tiba, tinggal menghitung beberapa hari lagi semua umat Muslim pada dunia akan segera bertemu menggunakan bulan yang diklaim sebagai bulan paling kudus dalam kalender umat Muslim. Selama satu bulan umat Muslim akan dilatih kesabaranya dengan cara berpuasa serta menahan segala hawa nafsunya, baik itu nafsu ragawi mirip makan serta minum, juga nasfu batiniah seperti emosi serta perasaan iri dengki dalam diri insan. Buat mempersiapkan itu masyarakat kita umumnya punya berbagai macam tradisi guna mempersiapkan diri buat melalui bulan Ramadhan. Mulai dari banyak sekali upacara tradisional seperti Dugeran di Semarang, Balimau di Padang, Jalur Pacu di Riau dan masih poly lagi. Hingga tradisi yg berbau keagamaan seperti Nyadran dimana orang-orang akan mengunjungi makam leluhurnya serta memanjatkan doa ataupun Padusan sebuah ritual mandi buat menyucikan diri dari Jawa yang biasa dilakukan sebelum bulan ramadhan tiba. Tapi selain di Indonesia ternyata tradisi menyambut bulan kudus Ramadhan juga terdapat di berbagai belahan global lainya.
Sebagai salah satu negara menggunakan lebih banyak didominasi penduduk yg beragama Islam. Mesir jua mempunyai sebuah tradisi unik buat menyambut bulan suci Ramadhan. Umat Muslim yang terdapat di Mesir tepatnya pada kota Kairo, menjelang bulan Ramadhan biasanya akan memasang semacam lampu gantung tradisional bernama Fanus pada setiap tempat tinggal mereka. Tradisi unik kaum Muslim yang ada pada Mesir ini sudah dimulai sejak sangat usang tepatnya sejak zaman Dinasti Fattimiyah. Ketika itu lampu Fanus biasa di pasang guna menyambut kedatangan armada pasukan asal kerajaan yg tiba mengunjungi wilayah itu setiap menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini dan setiap bulan Ramadahan akan tiba warga Kairo akan berbondong-bondong membeli lampu Fanus buat menghiasi rumah mereka, hal ini membentuk kota mesir jadi penuh warna dan terlihat semakin latif pada bulan Ramadhan.
Meskipun artinya kaum minoritas pada negaranya, kaum Muslim pada Jepang tak kalah semarak dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Mereka akan saling membuatkan kebahagiaan beserta umat muslim lainya, dengan mengadakan berbagai macam program, yang tentunya bekerjasama dengan bulan Ramadhan. Seperti kegiatan yang mereka lakukan pada Japan Islamic Center contohnya, mereka akan membuat semacam panitia Ramadhan untuk menyusun segala kegiatan guna memeriahkan bulan Ramadhan. Kegiatan ini umumnya berupa Majelis Taklim, Sholat Tarawih berjamaah, penerbitan kitab -buku yang bernafaskan ajaran Islam serta hal-hal lainya yang terkait menggunakan aplikasi ibadah puasa. Panitia ini jua bertugas menerbitkan jadwal puasa serta mendistribusikanya ke tempat tinggal -rumah famili Muslim, jadwal ini juga pada bagikan ke restoran-restoran Muslim yang ada di seantero Jepang. Waktu puasa masyarakat Muslim di Jepang sendiri sangat ditentukan sang isu terkini disana, misalkan pasa musim panas mereka bahkan harus berpuasa hingga 19 Jam lamanya, dan buat memilih awal serta akhir bualn puasa, Muslim di Jepang juga melakukan hal yg sama dengan kebanyakan rakyat Muslim dunia lainya yaitu menggunakan menggunakan metode Hillal, namun Bila Hillal tidak kunjung terlihat mereka umumnya akan memakai patokan ketika puasa serta Idul Fitri asal negara Muslim terdekat.
Kali ini kita akan beralih ke sebuah negara pecahan asal Uni Soviet yaitu Albania, di negara yang terletak pada bagian tenggara Eropa ini terdapat sebuah tradisi unik buat menyambut bulan suci Ramadhan. Warga di Albania biasanya akan menggelar sebuah kesenian tradisional yang di sebut dengan Lodra. Sebuah kesenian yang seperti menggunakan prosesi pukul bedug yg biasa beliau akan pada beberapa daerah di Indonesia. Namun bedanya Kesenian Lodra asal Albania ini tidak menggunakan bedug, melainkan sebuah perkusi yang berukuran relatif besar yang terbuat dari sebuah tabung yg masing-masing ujungnya di balut menggunakan menggunakan kulit domba atau kambing. Alat buat memukulnya sendiri pula terdiri berasal dua buah stik yang mirip menggunakan alat buat memukul drum hanya saja ujungnya sedikit melengkung. Kesenian Lodra pula tak jarang di kombinasikan dengan indera musik tiup, sampai kesenian Lodra ini sekilas mirip dengan marching band. Selain buat menyambut bulan puasa kesenian Lodra jua biasa dipentaskan buat mengiringi sahur atau yang biasa dianggap menggunakan Syfyr dan ketika berbuka puasa yang diklaim Iftar.
Selanjutnya kita beralih ke negara yg populer menggunakan produksi film Bollywoodnya yg sudah terkenal diseluruh dunia, yaitu India. Pada negara yang secara umum dikuasai penduduknya beragama Hindu ini, ternyata juga terdapat sebuah tradisi unik yg di lakukan masyarakat Muslim yg ada pada sana menjelang Ramadhan, atau rakyat India biasa menyebutnya Ramazan. Para pria Muslim disini akan menghiasi mata mereka menggunakan Kohl (sejenis Celak Mata), sebuah tradisi yang hampir mirip dengan yang di lakukan oleh orang Jawa saat menyambut datangnya bulan Suro. Sedangkan buat hidangan berbuka puasa masyarakat Muslim India biasa mengkonsumsi kuliner berasal bahan bihun serta ghangui yang berupa semacam sup yang terbuat asal tepung terigu, beras serta potongan daging. Sup ini hampir selalu mampu di temui di Masjid-Masjid yg terdapat pada India selama bulan puasa. Dan untuk hidangan Sahur mereka biasa mengkonsumsi sejenis minuman khusus yg terbuat asal sari kacang-kacangan dan bebijian lain yang biasa diklaim Harir.
Sedikit tidak sama dengan tradisi menyambut bulan kudus Ramadhan pada negara lain. Di negara Austria menjelang bulan Ramadhan warga Muslimnya akan menggelar sebuah kampanye pengumpulan paket lebaran bagi famili miskin serta pemberian anak-anak yatim piatu yg ada pada Palestina. Tindakan mulia ini pada kordinasi sang organisasi kemanusiaan Palestina yg ada di negara Austria. Kampanye yg bernama Feeding Fasting Palestinians ini berjalan relatif sukses dan menerima tanggapan yg sangat positif dari rakyat Muslim yg terdapat pada Austria. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya hasil sumbangan yg masuk buat saudara Muslim mereka yg sedang terjajah di Palestina. Masyarakat Muslin di Austria menggunakan berbagai macam cara buat memperluas kampanye ini, baik itu menggunakan berbagi poster, pemasangan iklan, bahkan jasa pos. Sesudah terkumpul semua sumbangan umumnya akan dikirimkan melalui lembaga-forum sosial yg beroperasi pada wilayah Palestina. Sebuah mulia tindakan yang patut ditiru buat menyambut bulan puasa.
berdasarkan penuturan Joshua Kucera, seorang traveler yg pernah berkunjung ke negara Tiongkok di ketika bulan puasa. Di negara tirai bambu ini terdapar sebuah kawasan yang mayoritas masyarakatnya memeluk ajaran agama Islam, daerah itu bernama Kashgar. Sebuah daerah yang berbatasan langsung menggunakan negara Turki serta di bangun di tahun 1442. Dan karena kedekatan letak geologisnya ini, warga Kashgar mempunyai sebuah Tradisi unik buat menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi unik itu bernama Muqam, sebuah tradisi berupa nyanyian yg diselingi dengan tari-tarian. Tetapi sayangnya tradisi ini artinya salah satu hal yang masih tersisa berasal kebudayaan bangsa Kashgar yang semakin termarjinalkan oleh kemajuan jaman. Di Kashgar jangankan serial televisi spesifik yg bertemakan bulan Ramadhan, kumandang Adzan saja nyaris tak terdengar. Selain itu diantara suasana sepi dan khusuk, masyarakan kashgar masih menjaga salah satu tradisi lain yaitu Muslim Kashgar akan lebih menyukai kudapan yang di buat sang Muslim lainya di ketika bulan Ramadhan daripada masakan Cina.
menjadi galat satu negara yg mempunyai penduduk Muslim mayoritas, kemeriahan bulan Ramadhan pada Arab Saudi sudah tidak diragukan lagi. Salah satunya ialah tradisi "Meriam Ramadhan" yang terdapat pada Makkah Al-Mukarramah, tradisi unik ini dipergunakan sebagai tanda awal datangnya bulan suci Ramadhan. Meriam ini akan di bunyikan pada malam, tepat senbelum bulan puasa. Selain itu meriam ini jua akan di bunyikan menjadi pertanda ketika buat berbuka puasa, ketika sahur dan juda indikasi datangnya waktu Imsyakiyah. Meriam yg di letakkan pada sebuah bukit bernama "Gunung Meriam" yang lokasinya berdekatan dengan Masjidil Haram ini akan senantiasa menggelegar sepanjang bulan puasa, hingga akhirnya di bunyikan buat terakhir kali pada hari terakhir pada bulan Ramadhan menjadi indikasi masuknya Idul Fitri 1 Syawal. Sesudah itu meriam itu akan di kembalikan ke tempatnya semula yaitu ke daerah bernama 'Azizah sampai akhirnya di kembalikan lagi ke "Gunung Meriam" di bulan Ramadhan berikutnya.
No comments