P ADA hari Kamis kemarin tanggal 4 Februari 2016 saya menerima surel (surat elektronik) dari teman saya alumni Ihyaaussunnah yang keb...
PADA hari
Kamis kemarin tanggal 4 Februari 2016 saya menerima surel (surat
elektronik) dari teman saya alumni Ihyaaussunnah yang kebetulan
kuliahnya di Jakarta. Dalam surel itu dia menyampaikan pesan dari Dayah
Modern Ihyaaussunnah Lhokseumawe, yang mana meminta saya selaku alumni
dari sana untuk membuat video testimoni. Karena dianggap saya sudah
“sukses” kuliah di Jakarta. Saya sangat tersentak dengan kata “sukses”
itu.
Bagaimana tidak, saya hanya tukang sampah di kota Bekasi. Untuk makan sehari 3 kali saja susah apalagi untuk bisa dikatakan “sukses”.
Bagaimana tidak, saya hanya tukang sampah di kota Bekasi. Untuk makan sehari 3 kali saja susah apalagi untuk bisa dikatakan “sukses”.
Kontan
saja saya tolah testimoni itu, saya langsung mengusulkan yang membuat
testimony itu Muammar seorang alumni dari sana yang sekarang kuliah
Yaman. Irwandi yang sekarang jadi juragan Ayam di Malang atau Saiful
Bahri yang ada di Malaisyia. Memang alumni Ihyaaussunnah se-angkatan
dengan saya banyak yang di luar, namun yang tidak sukses Cuma saya.
Hal
ini mungkin terjadi karena dulu waktu saya di Ihyaaussunnah orang yang
paling berkasus, adalah saya, sebut saja kasus cabut ke Warnet di malam
hari. Disuruh mennghafal Al-Qur’an, saya malah tidur di Asrama. Sehingga
sekarang sangat bersusah payah untuk bisa lulus kuliah lantaran
persyarakat hafalan Al-Qur’an 4 Juz belum selesai.
Maka
kepada Adek-adek saya yang lagi menuntut Ilmu di Ihyaaussunnah atawa di
MTsS Muhammadiyah Lhokseumawe untuk tidak berpatah semangat dalam
belajar. Walaupun fasilitas yang ada dan santri yang sedikit jangan
menjadikan hal itu sebagai masalah yang besar. Karena angkatan saya 2012
Cuma 15 orang, namun 8 orang dari kami berhasil keluar daerah.
Padahal
ramalan para guru Ihyaaussunnah mengatakan lulusan yang bakalan tidak
sukses adalah lulusan angkatan kami. Karena kasus terbanyak dan yang
paling kompak buat kasus adalah kami. Tapi walaukun berkasus jelek di
Dayah, kami semua bisa keluar daerah atau minimal yang di Aceh sudah
memiliki usaha sendiri.
Sebenarnya
kalau mau dikatakan sukses mereka yang tinggal di Aceh jauh sukses dari
pada yang keluar daerah. Teruma saya yang hanya menjadi pengurus
sampah. Namun langkah ini bukan tidak berarti bagi saya, bagi orang lain
mungkin saja adalah hal yang sangat koyol, mahasiswa urus sampah apa
kata dunia!. Pilihanku ini hanya sebagai pengadian kepada masyarakat
dan bangsa ini. Sampah yang selama ini adalah sebagai masalahdi mata
masyarakat dan pemerintah, tapi kami para pengiat Bank Sampah itu
bukanlah masalah.
Pesan
saya kepada adek-adek saya yang lagi menempuh pendidikan di
Ihyaaussunnah, MTsS Muhammadiyah Lhokseumawe dan Panti Asuhan
Muhammadiyah Lhokseumawe, jangan patah semangat untuk belajar. Jangan
ikuti kami yang tidak mau diatur dan tidak patuh terhadap pereatuaran
sekolah. Karena hal inilah yang akan membuat adek-adek disiplin dan maju
dalam menuntut Ilmu. Ihyaaussunnah memang tidak ada yang melirik
apalagi berminat untuk masuk kesana, tapi ketahuilah kalian yang sudah
bergabung kesana adalah orang-orang pilihan guna memperjuangan aqidah
umat dan pengabdian untuk perubahan bangsa ini.
Saya
selaku alumni dari sana merasa bangga terhadap sekolah yang telah
membawa saya untuk bisa kuliah Lampung dan kemudian melanjutkan kuliah
di Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana S1 Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Lantaran arus Informasi saat ini selalu menghantam Islam dan
semoga lulusan-lususan sarjana komunikasi dan Penyiaran Islam ini dapat
membendung arus informasi dan membela hak-hak umat Islam yang selama ini
di sudutkan.
dimuat di Lintas Atjeh |Aceh Baru | Harian Aceh | Kompasiana | Forum.co.id
No comments