.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

CERPEN REMBULAN 17 AGUSTUS KARYA KHAIRUNNISA

kaget melihat Intan yang tiba tiba masuk kamar ku tanpa permisi. Dia memang sahabat ku sejak kecil mungkin lebih dari sekedar sahabat, ru...

CERPEN REMBULAN 17 AGUSTUS KARYA KHAIRUNNISA
kaget melihat Intan yang tiba tiba masuk kamar ku tanpa permisi. Dia memang sahabat ku sejak kecil mungkin lebih dari sekedar sahabat, rumah kamipun bertetangga. Aku segera menyembunyikan diaryku kedalam selimut.
"Nangis lagi? Nggak capek?" Tanya intan padaku, aku hanya diam tanpa menatapnya.
"Udahlah Feby, dia nggak pantas kamu tangisi, dia aja belum tentu mikirin kamu kan? Dia lagi ketawa ketiwi disana sama pacarnya dan kamu nangis tiap hari di kamar cuma karena dia?! Lupakan!"
"Kalo aku bisa juga aku bakal lupakan, tapi aku nggak bisa!"
"aku disini buat bantu kamu, pelukan sahabatmu ini masih hangat seperti biasanya, lalu kenapa saat sedih kamu memeluk lutut sendiri?! Ayolah kamu bisa kalo kamu mau!"
"Makasih Intan!" Aku memeluk intan dan menumpahkan semua rasa sakit ku dipelukan nya.
"Aku punya ide!" Ucap Intan semangat.
"Ide gila apa lagi?"
"Ide gila katamu?" Intan memanyunkan bibirnya, dia terlihat lucu seperti itu.
"Pokoknya kamu siapin aja barang barang yang aku suruh, besok jam 6 pagi kita berangkat"
"Berangkat? Jam 6 pagi? Kemana?"
"Udahlah nggak usah komen apa apa, kamu siap siap aja! Besok juga tau sendiri. Anak anak yang lain juga ikut!"
"Kemana sih? Penasaran tau!"
"Udah nggak usah bawel! Ikutin aja apa kata aku!"
"Ok deh boss!"

Jam 5.00 pagi aku sudah bangun dan mempersiapkan segala sesuatu sesuai yang dikatakan Intan. Seperti obat-obatan pribadi, lotion anti nyamuk, sun block, baju pantai, tenda, senter, makanan, minuman dan masih banyak lagi.
"Mau kemana sih, kaya mau kemah aja, tapi kenapa bawa baju pantai bukannya jaket atau sarung tangan?" Pikirku.
Aku pamit pada ibu dan menuju rumah Intan. Ternyata anak anak yang lain udah pada ngumpul disitu.
"Itu dia orangnya!" Teriak Reza sambil menunjuk kearah ku.
"Sebenarnya kita mau kemana sih pagi pagi gini?"
"Emang Intan belum ngasih tau?" Tiwi malah nanya balik. Aku hanya menggelengkan kepala.
"Ya udahlah mungkin dia malas ngejelasin orang tulalit kaya' dia. Nggak bakal ngerti juga" ucap ilham ketus. Aku hanya diam karena sekarang aku tak punya selera untuk berdebat dengannya.
"Guys udah pada siap?" Teriak Intan yang baru keluar dari dalam rumahnya.
"Udah dong!"
" yok berangkat, kamu yang bawa mobil ya Bim"
"Ok"
Aku masuk mobil dengan hati yang masih bertanya tanya, mau kemana kita sebenarnya? Tapi nanya ke mereka juga percuma, nggak ada yang mau memberi jawaban. Akhirnya aku pasrah ngikutin kemana mobil melaju.
Mobil terus melaju menuju Pantai Barat kota padang. Berarti emang kita mau ke pantai, tapi kenapa harus bawa tenda? Kaya' mau kemah aja. Saat melewati pantai aku melihat sepasang kekasih yang tengah menikmati kebersamaannya, saat itu juga pikiranku kembali mengingat dia. Aku ingin sekali menangis tapi aku berusaha sekuat mungkin membendung air mata itu.
"Ok kita turun disini dan menuju ke pulau itu menggunakan perahu" ucap Intan.
"Pulau?" Tanyaku heran.
"Iya, kenapa kok kaget gitu?" Tanya Bima
"Jadi kita mau ke sebuah pulau? Ngapain?"
"Feby, kamu ingat kan besok tanggal berapa?" Tanya Tiwi.
"17 agustus kan? Terus hubungannya apa ama tanggal?"
"Tuh kan emang dasar dianya aja tulalit , ya kita mau upacara disana lah bego!" Jawab ilham nyolot.
"Upacara? Dipulau?"
"Lho kok gitu ekspresinya? Malahan asik kan upacara di sana, suasana baru dari pada di lapangan upacara yang udah biasa, suasananya gitu gitu aja. Nggak bakalan nyesel deh! Aku yang jamin!" Jelas Intan.
"Ya udah deh" jawab ku pasrah.
"Semangat dong!"
"Nama pulaunya apa ntan?" Tanya reza
"Pulau pasumpahan. Surga tersembunyi Sumatera Barat"

For your information guys!
Pulau Pasumpahan adalah sebuah pulau yang berada di perairan Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumbar. Oleh karenanya pulau ini dekat jika kita menggunakan speed boat atau perahu dari Teluk Bungus yang berada dekat dari Kota Padang. Klaim akan keindahan lautnya membuat pulau ini mulai dikenal oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

"Ok guys. Kita udah nyampe"
"Bagus banget pemandangan nya ntan"
"Aku bilang juga apa, kalian nggak bakalan nyesel deh. Eh itu rombongan lain juga udah pada datang"
"Kita upacaranya bareng rombongan yang lain juga ntan? Dari mana aja?"
"Banyak. Ada yang dari Pariaman, Batu sangkar, Solok, Bukit tinggi, Dan dari Padang ini sendiri pastinya"
"Banyak juga ya, Tim upacaranya gimana?"
"Tim upacaranya orang padang sebagai tuan rumah. Ya udah kita gabung ama yang lain yuk, kaya'nya ada beberapa arahan"
Setelah mendengar beberapa arahan dari si tuan rumah, kami mendirikan tenda di area yang sudah ditentukan. Malamnya acara api unggun. Tak ada yang membedakan kami disini, semuanya sama sama bahagia. Lagi lagi aku kepikiran dia, aku ingat dulu kami juga pernah kemah seperti ini. Betapa bahagianya kami dulu.
"Bengong aja!" Ilham datang mengagetkan ku.
"Bikin kaget aja kamu!"
"Masih galau?" Aku tak menjawab pertanyaan yang memang tak membutuhkan jawaban.
"Kamu tau yang bikin pahlawan kita miris kalo ngeliat anak muda zaman sekarang?" Aku hanya menggelengkan kepala.
"Anak muda zaman sekarang kebanyakan galaunya dari pada kreativitasnya!" Aku memalingkan wajahku menatap ilham sekilas. Tak biasanya dia bisa seramah itu pada ku. Ku pikir dia datang hanya untuk mengejek lagi.
"Dan kamu tau nggak apa yang bikin anak muda zaman dulu galau?" Lagi lagi dia mempertanyakan sesuatu yang tak masuk akal bagiku. Aku menarik nafas panjang, melihat ombak yang menari nari dilaut malam yang memantulkan cahaya rembulan. Pemandangan yang begitu indah untuk sebuah hati yang cukup lelah ini.

"Saat upacara pengibaran bendera, ketika bendera sudah berada dipuncak tiangnya namun lagu kebangsaan belum selesai dinyanyikan oleh grup nyanyi. Itu lah yang membuat anak muda zaman dulu galau!" Ilham melanjutkan ucapannya dan lelucon nya itu membuatku tertawa geli. Tak ku sangka dia bisa membuat ku terhibur dengan hal sederhana seperti itu. Jam 12 malam kami berkumpul untuk mengenang para pahlawan dalam rangka hari kemerdekaan yang di peringati besok. Biasanya apel kehormatan dan renungan suci dilakukan di pemakaman pahlawan dengan acara tabur bunga dan mendo'akan arwah para pahlawan. Berhubung kami melaksanakan upacara kemerdekaan disebuah pulau, kami tetap melaksanakan apel kehormatan dan renungan suci hanya saja ditempat berbeda dan tidak melakukan prosesi tabur bunga.

Jam 6 saat fajar mulai menyingsing, ilham menarik ku yang masih setengah sadar.
"Ngapain sih, pagi pagi gini. Masih ngantuk tau! Lagian upacaranya masih lama kan"
"Liat tuh!" Aku mengalihkan pandanganku mengikuti arah yang ditunjuk ilham.
"Nggak malu sama Mentari 17 agustus yang begitu indah?" Aku terpesona melihat mentari yang mulai menampakan dirinya setelah semalaman istirahat.
"Masih galau?" Ilham bertanya tanpa melihat ku. Matanya masih saja memperhatikan jalannya mentari. Sama seperti sebelumnya aku tak memberi jawaban.
"Seseorang yang membuatmu menangis tak pantas untuk kau tangisi. Buat apa merendahkan diri hanya karena pria seperti itu?"
"Ada apa? Kenapa tiba tiba kamu perhatian? Bukankah sebelumnya kamu seperti tak suka melihat ku?"
"Terjadi sesuatu. Sudah sejak lama! Dan kau tak menyadari itu! Sudahlah lupakan saja, kau tak akan mengerti" ntah kenapa tiba tiba sikapnya berubah. Dan sekarang dia mengatakan sesuatu yang membuatku tak mengerti.

Ombak yang menari dengan angin yang mendendangkan lagunya seperti ikut merasakan kebahagiaan bangsa Indonesia yang tengah merayakan hari paling bersejarah. Hari yang dengan susah payah diperjuangkan oleh para pahlawan yang rela mengorbankan harta, keringan, bahkan nyawa sekalipun.
"Sudah siap semuanya?" Suara komandan upacara samar terdengar, suara angin berhasil mengalahkan suara seorang TNI.

semua peserta segera berlari menuju lapangan upacara.
Upacara disebuah pulau yang menyajikan keindahan alam nusantara. Detik detik proklamasi kemerdekaan RI membuat semangat para pemuda Indonesia bergelora. Pengibaran Bendera merah putih, mengingatkan kembali sejarah lama perjuangan para pahlawan untuk bisa mengibarkan bendera kebanggan tersebut.
Upacara penaikan bendera merah putih telah diselesaikan dengan hikmat, ditemani deburan ombak dan tiupan angin yang membuat suasana berbeda dengan upacara pada umumnya.
Kami kembali ke tenda masing masing untuk istirahat. Acara di lanjutkan jam 5 sore dengan Upacara penurunan bendera merah putih.

"Besok pagi tuan rumah menyuruh kita berkumpul untuk memberikan kenang kenangan" ucap intan yang tiba tiba datang.
"Kenang kenangan? Kita bisa ikutan upacara disini aja udah bahagia banget, dapat kenang kenangan pula!" Bima paling semangat sama yang namanya hadiah, tak heran dia berteriak kegirangan.
"Makanya aku nggak pikir dua kali buat ngajak kalian kesini, ngomong ngomong ide aku bagus kan?" Ucap intan menyombongkan diri.
"Iya deh intan emang TOP B.G.T" Reza memuji intan dengan nada terpaksa.
Aku beranjak meninggalkan teman teman yang sedang asik nyanyi bareng ditemani api unggun dan sebagian membakar ikan. Suasana yang begitu hangat, namun tetap saja hati ku merasa sepi bahkan sangat hampa. Aku menikmati indahnya malam ditemani hembusan angin yang senantiasa menemani pantai dan deburan ombak menambah riuh suasana.

Kenangan masa lalu bersamanya kembali melintas dalam pikiranku, seketika bulir bening yang sudah ku bendung tumpah tak tertahan. Isakku menyatu dengan riuhnya ombak dan sapuan angin.
"Sampai kapan mau galau galauan terus?" Aku tersentak mendengar suara ilham yang tiba tiba datang. Dengan cepat aku mengusap air mata yang membasahi pipi ku.
"Nggak usah disembunyiin. Udah keliatan juga" dia duduk disamping ku dan ikut memandang hamparan laut yang membentang seperti tak berbatas.

"Nggak capek?" Ilham kembali bertanya. Aku menatapnya dengan perasaan tak mengerti. Apa sebenarnya yang dia inginkan, kenapa tiba tiba sikapnya berubah drastis.
"Kau tau? sejak dulu ada seseorang yang selalu memperhatikan mu, mengawasi kemanapun kau melangkah, mendoakan mu dalam diamnya, menginginkan mu yang tak menginginkan nya" aku semakin tak mengerti dengan ucapan nya.
"Dan kau tau? Orang itu adalah aku!" Seakan tak percaya, aku menatap matanya dalam dalam. Ku cari kebohongan yang mungkin tersembunyi dimata itu.

"Aku hanya berusaha menutupi perasaan ku. Dan aku berhasil. Kau hanya mengenal ku sebagai ilham yang menyebalkan, ilham yang tak punya perasaan, dan ilham yang mungkin tak kau inginkan. Tanpa kau sadari itu caraku agar bisa terus bersamamu" aku menarik nafas panjang. Mutiara itu kembali jatuh membasahi pipiku. Tak ku sangka ilham yang ku pikir tak menyukai ku memiliki perasaan sedalam itu padaku.

"Ya mungkin aku pengecut tak mampu memberitahu mu semua yang aku rasa. Aku terlalu takut menerima kenyataan jika kau tak memiliki rasa yang sama dengan ku. Kehadirannya membuatku semakin terpojok. Ku pikir aku tak akan pernah bisa memberitahu mu. Namun saat melihat mu menangis karena orang itu, aku begitu kacau. Hatiku berkecamuk dan seperti inilah akhirnya. Semua yang ingin ku katakan sejak lama akhirnya sampai padamu" aku tak tau harus menjawab apa. Ada rasa bahagia karena disaat seperti ini ternyata masih ada yang memperhatikanku. Namun aku bingung karena aku masih belum bisa melupakan dia, aku hanya tak ingin menjadikan ilham seperti sebuah pelarian.  Kami sibuk dengan pikiran masing masing.

"Tak perlu dipikirkan. Aku tak meminta jawaban. Kau tau dengan perasaan ku saja itu sudah lebih dari cukup" ilham beranjak meninggalkan ku yang masih tak bersuara. Namun ntah kenapa aku tak ingin dia pergi.
"Ilham!" Ilham menoleh kearah ku tanpa berucap sepatah katapun. Namun dari tatapan nya seolah bertanya "ada apa?"
"Jika kau mau menunggu sebentar saja, aku akan sangat bahagia" ucap ku ragu ragu. Dia berjalan mendekatiku.
"Aku sudah terbiasa menunggu dan menunggu sebentar lagi tak masalah bagi ku" samar samar ku lihat senyum nya.

"Terima kasih" dia menggenggam erat tangan ku. Kami kembali menikmati indahnya malam dipulau pasumpahan, surga tersembunyi sumatera barat itu.
"Akan ku hapus luka hati mu dan ku jamin tak akan ada lagi luka dimasa yang akan datang"
"Kuharap ini bukan sekedar janji" Rembulan 17 agustus menjadi saksi atas janji yang diucapkan ilham pada ku dan sebagai saksi bahwa aku akan membuka hati ku seutuhnya untuk ilham.
"Kau tau apa yang membuat anak muda zaman dulu galau?"
"Saat upacara pengibaran bendera, ketika bendera sudah berada dipuncak tiangnya namun lagu kebangsaan belum selesai dinyanyikan oleh grup vokal.

 Kamu sudah menanyakan itu sebelumnya"
"Tidak. Kamu salah"
"Salah?"
"Iya. Seharusnya, saat upacara pengibaran bendera, ketika lagu kebangsaan sudah selesai dinyanyikan oleh grup vokal. Benderanya masih setengah tiang dan petugas yang menaikan bendera dengan terburu buru menarik tali agar bendera sampai di puncak tiangnya dengan cepat"
"Lho jawaban kamu kemarin bukan itu! Kok sekarang udah beda lagi jawabannya?"
"Emang jawaban aku dari kemarin itu kok, kamu aja yang lupa. Efek galau" aku memanyun kan bibirku pura pura marah.
"Makanya jangan galau galauan nggak jelas. Kau tak tau betapa galaunya para pahlawan kita dulu saat berusaha mengibarkan bendera kebanggaan kita. Sekarang kita hanya untuk melaksanakan upacara bendera setiap hari seninpun masih saja mengeluh, sedangkan beliau hanya untuk mengibarkan bendera saja harus dengan susah payah menguras keringat, air mata dan pertumpahan darah"
"Iya. Aku tau kok dan aku akan belajar untuk menghargai itu.

 Tidak akan mengeluh lagi saat upacara kepanasan, saat hormat bendera tangan pegal"
Dan pada akhirnya aku sadar bahwa selama ini kita terlalu manja, upacara sekali seminggu dengan fasilitas yang memadai kita anggap hal sepele bahkan tak begitu penting, sedangkan jika kita lihat sejarah para pahlawan dengan susah payah untuk bisa menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang merdeka untuk masa yang akan datang. Seandainya saja mereka tak memperdulikan masa depan, mungkin sampai saat ini kita tak bisa mengibarkan bendera kebanggan dengan leluasa. Tak bisa menikmati kekayaan alam yang seharusnya adalah milik kita namun diambil alih para penjajah. Tak akan bisa menikmati teknologi yang kian hari kian berkembang. Bersykurlah memiliki pahlawan yang rela berkorban tanpa meminta imbalan. Bahkan sebagian pahlawan yang masih hidup saat ini banyak yang terlupakan. Mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa ini namun setelah merdeka mereka dilupakan. Jika mereka mau, mereka bisa menuntut kehidupan yang lebih layak, namun karena jiwa pahlawan bukan lah jiwa yang haus akan imbalan.

Harusnya kita yang menyadarinya, tak perlu berlebihan setidaknya buat mereka merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Kau, aku dan kita semua sering melupakan hal yang harus di ingat namun selalu mengingat hal yang seharusnya dilupakan.
Jadilah pemuda yang bisa membuat bangsa ini bangga memiliki mu. Jangan biarkan masa muda mu terbuang sia sia hanya untuk bergalau galau ria. Dan jangan sampai perjuangan para pahlawan untuk bangsa ini sia sia karena memiliki pemuda yang  berhati rapuh. Apa anda yakin Bangsa kita benar benar sudah merdeka? Tikus tikus berdasi kian hari kian membanjiri bangsa ini. Bahkan itu lebih menyedihkan dibanding dengan saat kita dijajah 3 setengah abad oleh Belanda dan 3 setengah tahun oleh Jepang.

Hai para pemimpin!

Jika kau belum bisa memberi untuk rakyat setidak nya jangan mengambil yang seharusnya milik rakyat. Tanpa kau sadari, pengemis lebih tinggi derajatnya dibandingkan dirimu.

No comments