Hari ini engkau menyakiti hati ini lagi, hati yang selama ini tak mendapatkan perlakuan seharusnya dari seorang kekasih, hari ini engkau ...
Hari ini engkau menyakiti hati ini lagi,
hati yang selama ini tak mendapatkan perlakuan seharusnya dari seorang kekasih,
hari ini engkau menjadikanku seorang pecundang lagi dimata mereka, memang
benar! Aku tak akan lelah menghadapimu, aku sangat membutuhkanmu masalahnya.
Lama sudah aku menahan semua, membiarkanmu
singgah dalam singgasana hati ini yang sangat mencintaimu, Membiarkanmu
menyibukkan kerja pikiran otak ini karena ketakutanku, Itu sudah berlangsung
cukup lama, bukan cukup lama tapi memang lama, Jika sekarang aku yang berkata
lelah karena tak pernah engkau hargai, apa yang akan kau lakukan? Tentu saja
engaku akan pergi begitu saja meninggalkanku. Tapi aku benar lelah untuk
mencintaimu dengan cinta yang tak terbalas, dengan cintaku yang selalu engkau
anggap sampah, padahal aku hanya ingin seperti angin, yang tak engkau lihat
nanum engkau bisa merasakannya.
Bagiku sangat perih melupakanmu, Berusaha
melawan hatiku sendiri yang memang sangat mencintaimu, berusaha meyakinkan hati
ini bahwa akan ada yang lebih pantas menerima tulusnya cinta ini, inikah
rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Sakit, perih, kecewa. Mungkin lebih dari
itu. Apa kau tahu rasanya di acuhkan? Tidak dianggap?. Aku juga punya batas
kesabaran Sayang, aku juga butuh dihargai, jangan mempermainkan perasaannku
seperti ini walau kau pikir aku sudah kebal dengan perlakuanmu, aku selalu
merendahkan hati meminta maaf untukmu, untuk kesalahanmu, bukan aku yang
seharusnya seperti inI.
Aku memang selalu terbuai oleh kata
cintamu, oleh janji janjimu, sekarang aku baru sadar kalau aku hanya diberi
harapan kosong olehmu, tak ada cinta atau kasih sayang sedikitpun, Hanya janji
palsu yang engkau punya, kau beri aku janji, cintamu entah singgah dimana.
Sekarang aku tahu kamu bermain reply dengan lelaki lain, sosok yang tak pernah
aku ketahui karena engkau selalu bermain di belakangku. Mungkin menyenangkan ya
jadi Lelaki itu, menerima semua perhatianmu, menjadi sandaran dalam tangismu.
Beruntung lelaki yang di pilih olehmu, tidak seperti aku yang mencintaimu dalam
diam, Selalu sempat menyebut namamu dalam doa, aku disini berusaha ikhlas.
Tak seharusnya aku memberitahumu tentang
seberapa rasa yang kumiliki untukmu, rasa ingin memilikimu setiap hari, rasa
merindukanmu dalam tiap hembus nafasku, setidaknya sikap dan pembuktian sudah
aku berikan, tugasmu hanya mencerna, namun sayang, engkau salah
memperlakukannya, cukup aku dan tuhan yang tau.
Kali ini aku benar menyerah, karena
seberapa besar rasa ini padamu, di matamu aku semu.
Seperti sampah yang begitu saja engkau
lihat saat berjalan, bagaimana mungkin jika aku terus bertahan mencintaimu
tanpa balasan, melihatmu memberikan cinta yang lebih untuk lelaki itu, lelaki
yang selalu bisa mengukir tawa di senyummu, meski yang di lakukan terhadapmu
sama seperti apa yang engkau lakukan terhadap orang yang engkau anggap semu.
Biarkan aku pergi, bukan aku mengingkari
janji, tapi aku tahu engkau tak menginginkan kehadiranku.
Sekarang aku akan memulai pertualangan
baru, mencari cinta yang benar untukku, sekarang aku telah banyak tau tentang
cinta, engkau telah banyak mengajariku.
Lelah akhirnya. Aku lelah setiap kebaikan
yang di berikan hanya engkau acuhkan begitu saja. Aku lelah memintamu terus
berpura pura . Kerinduan mungkin akan merajalela dalam diri ini menjelma dengan
setetes air mata, berharap jika kau datang dan akan menghapusnya, andai saja.
Tapi aku tahu selama ini aku memang jadi
prioritas utama olehmu, menjadi utama saat engkau disakiti oleh lelaki itu,
disaat engkau kesepian tampa lelakimu, dan sekarang engkau jangan cari aku
lagi, kalau engkau merasakan hal yang sama, Disaat engkau disiksa oleh rasa
sakit, rasa sakit yang tampa kau sadari dulu pernah engkau berikan padaku
hampir setiap hari.
No comments