.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

Cerpen Bersujud pada harapan oleh Agi Mardisa Yandra

Namaku Adit. Dulu aku sangat menyayangi dan mencintai seseorang, tapi karena keegoisan semua harapa itu musnah. Mungkin juga karena aku y...

Cerpen Bersujud pada harapan oleh Agi Mardisa Yandra
Namaku Adit. Dulu aku sangat menyayangi dan mencintai seseorang, tapi karena keegoisan semua harapa itu musnah. Mungkin juga karena aku yang salah memilih cinta.

Hingga sekarang aku mencoba tersenyum dibalik luka yang ketika aku mengingat dia begitu perih.
"Dit, ada acara nggak?" Ujar Rehan sambil menepuk pundakku. Gila.
"Rese lu han! Nggak ada tuh, emang kenapa?" Aku kesal karena pukulannya berhasil membuat pundakku ngilu.

"Gue punya ide cemerlang nih!"
"Secemerlang apa ide lu?!" Aku sedikit curiga dengan 'Ide' yang dia maksud.
"Ntar gue kasih tau, gue mau pulang bentar. Ganti baju terus pakai sepatu."
"Kita mau jonging han?!" Aku menebak-nebak.
"Pokoknya lu juga ganti baju sono! Ntar juga bakalan tau"
"Iya deh!" Aku pasrah.

"Ok sip. Ntar gue jemput!" Rehan berlalu meninggalkanku.
Lelah aku sembunyi.
Tutupi maksud hati.
Yang justru hidup karenamu,
Dan bisa mati tanpamu.
Andai saja,
Aku masih punya kesempatan kedua
Pasti akan kuhapuskan lukamu, menjagamu, memberimu segenap cinta.

"Dit!"
"Eh lu han?! Cepat benget lu ya!"
"Gue lari tadi. Ngain lu? Masih galau-galauan nggak jelas gitu? Norak! Masih berharap dia ada disamping lu?!" Rehan adalah sahabatku, jadi dia tau banyak tentang aku. Kita selalu terbuka satu sama lain. Begitupun dengan masalah ku tentang 'bidadariku yang hilang'.
"Nggak lah! Jadi pergi nggak nih? Gue udah ready nih! BTW kita mau jogging apa mau main basket?" Tanyaku pada Rehan.
"Gabungin aja dit!"
"Tapi han, sekarangkan masih jam sekolah. Pastinya anak-anak masih belum pada pulang" kami biasanya main basket dilapangan basket SMP yang letaknya nggak jauh dari rumah. Tempatnya adem banget gengs makanya pada betah main disini dari pada ditempat lain.
"Ya udahlah dit. Yang penting kita pergi aja dulu. Masa lu takut sama anak SMP!" Akhirnya kami berlari-lari kecil menuju lokasi. Ini yang dimaksud Rehan tadi, penggabungan antara jogging sama main basket.

Ya itung-itung sambil hemat bahan bakarlah. Ternyata benar saja, anak SMP belum pada pulang. Mana dilapangan basket rame banget.
"Dit. Rame banget tuh lapangan. Kok gue jadi grogi ya."
"Ah elu han, tadi lu bilang 'masa nggak berani ama anak smp' lah sekarang malah elu yang ketakutan!" Aku tertawa geli melihat wajah Rehan kalau sedang grogi.
Sejak masuk gerbang, hatiku terus saja berdetak kencang. Ntah apa yang membuatku seperti ini.

Kami seperti jadi pusat perhatian, semua siswa melihat kami beraksi dilapangan. Bahkan beberapa siswa ikut bermain dengan kami.
"Dit, dia datang!" Rehan menunjuk sosok wanita yang sangat aku kenal. Aku berusaha tidak mempedulikan kehadirannya. Namun aku malah dibuat tidak fokus olehnya.

BRUKKK
"Aduh!" Bola basket mendarat tepat dimuka 'ku. Rehan panik saat melihat darah segar mengalir dari dalam hidungku.  Tunggu! Aku melihat ada yang sama paniknya dengan Rehan. Ya! Dia yang tadinya bersikap seolah-olah tak peduli padaku, kini seperti sangat takut melihatku terluka. Aku terus terus menutup hidungku dengan handuk kecil yang selalu menemaniku bermain basket.

Aku begitu kaget saat melihat dia telah berdiri tepat dihadapanku. Ada guratan kecemasan diwajahnya. Dengan ragu-ragu dia membawaku ke ruang UKS untuk mengobati hidungku. Darah yang mengalir dihidung memang telah berhenti, hanya saja debaran dihati ini semakin tidak karuan. Saat bersamanya, saat disisinya. Ya! Dia! Dia yang sangat aku cinta.

"Lu kenapa dit? Hidup lu nggak jauh-jauh dari kata galau. Apa yang bisa gue lakuin buat lu? Biar lu nggak kaya gini lagi? Biarpun gue cowok tapi gue juga nggak bakal kuat lihat sahabat gue yang terus-terusan galau gini."
"Thank's han! Lu emang sahabat gue yang paling bisa ngertiin gue. Tapi gimana lagi han, gue nggak bisa terus-terusan bohongin perasaan gue. Gue benar-benar sayang sama dia han, dari dulu nggak bakalan berubah! Tapi disaat gue udah nyaman banget sama dia, dia nyia-nyiain gue gitu aja?! Sakit banget rasanya han!"
"Ada banyak wanita didunia ini dit, kenapa lu cuma melihat sama satu wanita saja? Lagian itu adalah resiko dit, dulu gue udah pernah ngingetin lu supaya nggak berharap banyak padanya 'kan?! Ingat dit, lu masih muda! Kejar impian lu! Jangan cuma mikirin 'bidadari' lu itu! Bidadari punya sayap dit, makanya dia bisa dengan mudah terbang kemanapun yang dia mau. Setiap pertemuan akan ada perpisahan 'kan?! Betapapun lu mencintai langit, lu nggak akan pernah bisa menggapainya!"
"tapi han. Gue keingat saat gue sakit waktu kita lathan basket dulu. Bukannya lu yang nganterin gue pulang. Saat itu gue bilang sama dia han. Dia langsung nyamperin gue kerumah. Gue merindukan semua itu han. Saat bubur yang sedikit demi sedikit gue nikmati bersamanya. Bukan hanya karena buburnya yang enak. Tapi saat disuapi dia, betapa gue merasakan kasih sayang yang begitu besar darinya. Bagaikan kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Gimana gur nggak berharap sama dia han. Tapo disaat gue mengharapkan cinta dalam genggaman dia terbang menjauh"
"maafin gue dit. Gue nggak bisa bantuin lu kalau masalah hati.

Gue cuma bisa  untuk ada buat lu dan ngasih lu support"
"Thank's banget han. Lu udah mau dengerin keluh kesah gue aja, gue udah senang banget! Gue nggak bakal galau-galauan lagi!"
"Nah gitu dong lu!" Rehan menepuk pundakku dengan keras. Kebiasaannya yang satu ini membuatku kesal tapi aku sanggat bangga memiliki sahabat seperti dia.
untukmu!

Jika itu memang yang terbaik,
Jika itu yang membuatmu bahagia,
Maka pergilah!
Namun jika suatu saat kau membutuhkan 'ku.
Datanglah padaku!
Jika nanti aku dapat membuatmu bahagia, maka itu adalah kebahagiaanku yang sesungguhnya!
Karena aku sadar, kebahagiaanku bukan hanya pada saat memilikimu namun pada saat aku bisa membuatmu tersenyum!

No comments