Jangan meremehkan 300 kata, 300 kata adalah porsi terbaik untuk belajar menjadi penulis berpengaruh. Blogger pemula dalam meniti jalannya ak...
Jika galau karena bingung memilih template, saya rasa itu akam mudah diselesaikan, karena sudah sangat banyak situs yang menyediakan template keren wal beken. Tapi jika galau mau postingan apa, dan bagaimana memulainya, itu akan sulit dipecahkan. Sebab yang bisa menyelesaikan bukan orang lain, melainkan diri sendiri.
Pada dasarnya setiap blogger memiliki pra pengetahuan yang cukup. Baik berangkat dari pengalaman, kejadian sekitar, cerita dari teman, atau dari situs yang sudah hits. Namun bukan itu masalahnya, kegalauan seorang blogger mau posting apa sebenarnya bukan karena buntu akam ide, tapi galau karena akan mulai dari mana.
Tinggi syarat, melambungnya angan-angan adalah dua hal yang mempersulit untuk menulis. Harus 500 kata, perlu optimasi, atau wajib adanya tata letak keyword agar disayang Google, itu semua adalah penyakit. Yang namanya penyakit memang harus dibasmi, namun pada artikel kali ini saya akan memberikan pencegahan. Bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati?
300 kata, sejak awal belajar bagaimana menulis saya selalu memegang teguh prinsip 300. Entah dari mana datangnya, tapi itu begitu mujarab bagi seorang penulis baru. Pemilihan jumlah 300 kata bagi seorang penulis tidak berangkat dari kekosongan. Setidaknya ada 2 hal yang menjadikan kenapa 300 kata mampu menjawab bagi mereka yang bingun bagaimana mengawali menulis.
Pertama, 300 kata bukan jumlah yang sedikit atau banyak, alias pas.
Dalam susunan kepenulisan, ada yang disebut sabagai prolog, isi dan kesimpulan. Sebuah prolog berperan penting dalam mengawali sebuah tulisan. Dengan prolog pula, seorang penulis akan mengantarkan pada inti gagasan. Ibarat kata prolog adalah makanan pembuka sebelum makan besar.
Prolog dalam konsep menulis 300 kata menempati 70 kata pertama. Ya, cuma 70 kata saja. Cukup ringan kan? Kita paham tidak semua pembaca merelakan waktunya membaca prolog yang begitu panjang, lebih-lebih njelimet.
Karenanya berbekal 70 kata kita dituntut untuk menyajikan prolog yang simpel, serat akan pengantar, dan perlu dipastikan prolog yang kita tulis tidak bertele-tele, sebab pembaca lebih cederung suka yang to the point.
Setelah prolog, kita akan menginjak pada bagian inti. Dimana kita harus menuangkan seluruh ide gagasan disini. Pada posisi inti tulisan, 120 kata adalah porsi yang pas. Sekali lagi, tidak perlu bertele-tele, pembaca lebih menyukasi tulisan yang serat akan informasi ketimbang opini.
Selanjutnya barulah di 100 kata terakhir kita sajikan kesimpulan dari ide gagasan kita. Dalam menulis kesimpulan, ada baiknya kita menyinggung sedikit ide utama dalam tulisan. Fungsinya adalah untuk menekankan kembali pada pembaca pada ide yang ingin kita sampaikan.
Ketiga konsep tersebut yang terbalut dengan 300 kata akan menjadi lebih ringan dilakukan. Seorang penulis pemula baiknya tidak mengejar optimasi SEO, atau ingin di sayang oleh Google. Tapi penulis pemula haruslah lebih menekankan bagaimana jiwa jurnalis ada di dalam didirinya.
Perlu saya ingatkan, ini adalah sebuat konsep untuk memulai, bukan mengembangkan. Seorang yang ingin memulai perlu adanya porsi yang sesuai. Sangat penting menyesuaikan kadar kemampuan. Bila porsi menulis kita sesuai, sehat, maka bukan mustahil jika selanjutnya nanti kita akan melahirkan karya yang berkualitas.
Kedua, 300 kata mengajarkan pada kita untuk lebih fokus ke ide utama, bukan penjelasan atau opini.
Seorang penulis biasanya cenderung lebih banyak memasukkan opini pribadi ketimbang fokus pada ide utama. Yang seharusnya lebih banyak memaparkan fakta, tapi ia justru memenuhinya dengan pendapat pribadinya.
Karenanya 300 kata mengajarkan bagaimana membangun tulisan yang padat akan ide gagasan, bagaimana menyampaikan ulasan tanpa harus memenuhi opini pribadi. Jika seperti ini, bisa dipastikan pembaca akan mempereh apa yang ia cari, bukan apa yang kita ajari.
Berikut saya akan memberikan contoh bagaimana menulis dengan konsep 300 kata yang saya kutip dari Rumah Filsafat.
Pernahkah anda bertanya dalam hati, apa tujuan hidup ini? Atau mengajukan pertanyaan, mengapa saya ada? Memang, agama memberikan jawaban. Namun, apakah anda puas dengan jawaban yang diberikan agama?
Jika anda tidak puas dengan jawaban dari agama, ataupun dari tradisi anda, maka belajar filsafat adalah sesuatu yang mesti anda lakukan. Setidaknya dengan mempelajari filsafat, anda bisa menemukan metode yang lebih tepat untuk memahami dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar tersebut.
Filsafat, pada hemat saya, bukan sekedar merupakan mata kuliah. Filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia (apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana menata organisasi dan masyarakat, serta bagaimana hidup yang baik), dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis.
Dengan belajar filsafat, anda akan mendapatkan beberapa ketrampilan berikut; memikirkan suatu masalah secara mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga.
Kemampuan berpikir logis dan abstrak, kemampuan untuk membentuk argumen secara rasional dan kritis, serta kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif, kritis, dan rasional, akan membuat anda mampu berkarya di berbagai bidang, mulai dari bidang informasi-komunikasi, jurnalistik, penerbitan, konsultan, pendidikan, agamawan, ataupun menjadi wirausaha.
So, mari kita belajar filsafat!
Pesan terbaik bagi penulis pemula adalah belajarlah menulis denga konsep 300 kata. Selain lebih ringan, 300 kata juga akan mengajarkan bagaimana membiasakan diri untuk menulis yang serat akan ide, bukan opini.
Salam kenal dari Mas Halfi
No comments