Ku rangkai setiap kata yang terlintas menjadi sebuah untaian doa yang ku hembuskan pada setiap hela nafas. Ku rangkai setiap asa yang men...
Ku rangkai setiap asa yang menciptakan sebuah harapan dan entah bagaimana telah menjadi perisai yang mampu melindungi hati ini dari keraguan.
Saat hati berada pada titik lelahnya, keyakinan akan harapan itu mampu membuatku tetap bertahan.
Bukan untukku!
Tapi untuk seorang malaikat yang telah rela memotong sayapnya demi menemaniku didunia yang dipenuhi dosa ini.
Untuk seorang malaikat yang dengan telaten menuntunku menuju sebuah gerbang harapan.
Untuk seorang malaikat yang lebih dari sekedar malaikat.
Ibu.
Malaikat yang menjadi alasanku untuk tetap bertahan melawan semua kemungkinan terburuk sekalipun.
Alasanku untuk terus bangkit meski kemudian aku kembali terjatuh.
Luka, lebam bahkan sakit ini belum cukup karena aku tahu sakit yang dia rasa lebih sakit dari ini. Luka yang dia alami lebih dalam dibandingkan lukaku. Bahkan hatinya sudah terlalu kebal hanya untuk sebuah lebam yang tak begitu berarti ini.
Dan tuhan. Jika aku bisa memohon jangan kembalikan sayapnya!
Biarkan dia tetap menemaniku, mengawasiku dan melihat bagaimana aku manaklukan kepedihan ini.
Akan ku tutup semua luka itu, akan ku hilangkan rasa sakit yang selama ini membelenggunya bahkan ku pastikan tak akan ada sedikitpun lebam yang tertinggal.
Hingga saatnya tiba, aku akan melepaskannya dengan keadaan seperti saat dia datang.
Dengan senyuman yang melengkung indah pada wajah yang bersinar bagai rembulan.
Dengan tatapan tajam yang mampu menyejukan jiwa yang begitu gersang.
Dengan kepakan sayapnya yang begitu kokoh. Tak ada luka, tak lagi lebam dan rasa sakit yang telah sirna.
Akan ku kembalikan dia seindah saat kau kirim dia padaku dulu.
No comments