UJIAN CINTA KITA ANIL S DEVIAN ---- "Sebagai seorang manusia, mencintai dan di cintai itu sudah menjadi hal yang wajar, karena...
UJIAN CINTA KITA
----
"Sebagai seorang manusia, mencintai dan di cintai itu sudah menjadi hal yang wajar, karena sang pencipta sudah memberkahi setiap manusia dengan hati yang bisa merasakan cinta, namun tidak semua cinta bisa berjalan lancar seperti apa yang di harapkan."***
Seperti yang terjadi pada diri seorang pria sederhana, dia bernama Dirga, dia memang tampan, terkenal baik budi dan taat akan agama, namun, dia hidup dalam keadaan tidak memiliki orang tua, harus bekerja keras untuk biaya kehidupan-nya. Suatu hal yang menjadi impian-nya adalah menjadi seorang penulis, dia selalu belajar menulis setiap hari.
Suatu hari di sebuah jalan, dia bertemu seorang gadis yang cantik jelita, wajah cantik itu tampak anggun dengan jilbab yang digunakan-nya, jantungnya berdetak kencang, mata tidak berhenti memandangi gadis itu, dia bertanya dalam hatinya "apa yang aku rasakan ini, apa ini cinta?" Dirga langsung menghampiri gadis itu.
Dirga: "Assalamualaikum"
Gadis: "Wa'alaikum salam"
Dirga: "siapakah namamu wahai gadis baik budi?"
Gadis: "nama saya Fatimah, sedangkan tuan sendiri bernama siapa?"
Dirga: "nama saya dirga, saya akan sangat senang jika engkau mau berteman denganku, di manakah rumahmu?"
Gadis: "tentu boleh, tuan terkenal dengan baik budi dan taat agama, saya tinggal di seberang sana."
Itu lah perkenalan singkat antara Dirga dan juga Fatimah, semenjak hari itu mereka sering bertemu di jalan itu, hingga rasa cinta dan menyayangi timbul di dalam hati mereka masing-masing. Mereka mulai mengutarakan perasaan masing-masing, hingga mereka memutuskan untuk menjalin suatu hubungan dengan niat kuat akan bersatu hingga jalinan suci peenikahan.
Hari berlalu, perlahan Dirga tahu bahwa Fatimah, gadis yang begitu di cintainya itu berasal dari keluarga terpandang, bergelimang harta, semua itu memang tidak pernah di ketahuinya, karena Fatimah selalu tampil sederhana dengan balutan jilbab di kepalanya, lambat laun hubungan mereka berdua terdengar oleh orang tua Fatimah, tentu saja mereka tidak suka Fatimah dekat dengan Dirga, kelas sosial mereka jauh berbeda, namun, Fatimah yang begitu mencintai dirga tetap berusaha meyakinkan orang tua nya, hingga suatu hari orang tua Fatimah mengetahui bahwa dia masih sering bertemu dengan Dirga.
Orang tua Fatimah: "kamu ini tuli atau apa, kami tidak akan merestui hubunganmu dengan orang yang tidak punya masa depan itu."
Fatimah: "Bukankah seorang imam yang di butuhkan oleh seorang perempuan adalah laki-laki yang bisa mengarahkan dan membimbingnya kejalan yang benar menuju syurga Allah."
Orang tua Fatimah: "apa yang bisa di berikannya kepadamu, dia tidak akan bisa membuatmu bahagia dalam hidup ini."
Fatimah: "tapi aku sangat mencintai dia, aku tidak sanggup tampa dia."
Semua berita itu terdengar oleh Dirga, semenjak hari itu banyak saja orang yang berusaha mencelakai Dirga, setiap hari banyak saja orang suruhan orang tua Fatimah mencekal Dirga dan menghajarnya, tetapi Dirga tidak lantas menjahui Fatimah, karena cinta yang begitu besar kepada Fatimah.
Karena Dirga belum juga berhenti mendekati Fatimah, orang tua Fatimah berniat untuk membunuh Dirga, hingga dia menyuruh orang-orang untuk membunuh Dirga. Hari itu Dirga dan juga Fatimah bertemu di tempat dimana mereka sering bertemu, saat itu juga orang-orang suruhan orang tua Fatimah mengintai mereka, hingga sebuah kejadian yang tidak di harapkan terjadi, mereka yang menyerang Dirga dan juga Fatimah mengakibatkan Kecelakaan terhadap Fatimah, Fatimah harus mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, karena terjatuh cukup tinggi karena dorongan orang suruhan orang tua nya. Dirga yang sangat tidak percaya akan hati orang tua Fatimah langsung mengahmpiri orang tua Fatimah.
Dirga: "saya benar-banar mencintai anak anda, hubungan kami suci karena allah, bukankah setiap orang tua memiliki keinginan untuk melihat anaknya hidup bahagia, kami juga memiliki hak untuk saling mencintai."
Orang tua Fatimah: "apakah kami bisa mencukupi kebutuhan anak saya, sedangkan untuk makan sehari-hari kamu harus bersusah payah."
Fatimah: "aku tidak butuh kemewahan, yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang dan seorang yang bisa menuntunku ke jalan yang benar."
Dirga: "anda dengar sendiri, keinginan anak anda seperti apa, saya akan berusaha mencukupi kebutuhan-nya semampu saya."
Mendengar perkataan kedua orang yang saling mencintai itu, orang tua Fatimah mengizinkan mereka untuk menikah, tetapi mereka tidak di perbolehkan untuk tinggal disana.
Akhirnya mereka berdua menikah, lalu pergi meninggalkan desa itu, ujian masih belum ada hentinya menghampiri mereka berdua, Dirga sangat sulit untuk mendapat pekerjaan, mereka hidup jauh dari kata layak, Dirga harus menjaga Fatimah, sang istri yang sangat di cintai yang hanya bisa berjalan menggunakan kursi roda akibat kelakuan orang tua nya, tetapi semua itu bukan masalah, mereka masih sangay bahagia, karena tidak ada yang lebih bahagia selain ketika dua orang yang saling mencintai dapat bersama. Kehidupan mereka tidak pernah mengeluh, merela selalu berdoa dan berusaha, setiap hari Fatimah menemani suaminya menulis cerita-cerita, berkat doa, kerja keras, usaha dan keyakinan-nya, Dirga mulai memperoleh hasil dari dari keseriusan-nya dalam menulis, tulisan-tulisan-nya mulai digemari oleh banyak orang, perlahan kehidupan mereka membaik hingga Dirga mampu memberikan kehidupan yang layak bagi bidadari yang sangat di cintainya itu. Berkat kesabaran, kerja keras dan keyakinan hidup, cinta dan juga rumah tangga mereka tidak pernah goyah, karena mereka mencintai suci karena Allah, meski salah satu dari mereka tidak begitu sempurna, Fatimah sang istri tidak bisa berjalan, karena cinta tidak memandang harta, kecantikan fisik dan lain-lain. Karena cinta suci karena Allah akan selalu menerima pasangan apa adanya, dan cinta suci itu akan selalu dijaga oleh Allah, karena berada di jalan yang benar.
No comments